Depok, NU Online
Seorang raja Persi, Kaisar Anu Syarwan pernah melewati orang yang sudah tua renta. Pria lansia ini didapati sedang menanam pohon zaitun, tumbuhan yang bertumbuhkembang sangat lambat. Tidak bisa dipanen dengan cepat.
Merasa heran, Kaisar bertanya, "Mbah, apa alasan anda menanam pohon ini, engkau sudah tua, sedang pohon ini tumbuhnya begitu lambat?"
غرس من قبلنا فأكلنا، ونغرس ليأكل من بعدنا
Artinya: orang-orang sebelum kami telah menanam, kami sekarang dapat memakan hasil tanamannya. Kita menanam, supaya orang setelah kita supaya generasi setelah kita, dapat memakannya.
Kisah masyhur yang diceritakan Abul Wafa' Al Baghdadi dalam kitab Al Kawaibud Darori ini disampaikan oleh Saiful Falah, inisiator acara Santri Writer Summit yang ke-1 di Auditorium Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Sabtu (28/11).
Di hadapan 250 santri yang hadir, Ustadz Saiful berpesan tentang pentingnya menulis bagi para santri.
"Jadi kalau dahulu Imam Al-Ghazali, Imam Syafi'i, Syaikh Nawawi Banten, dan lain-lain karyanya bisa kita nikmati sekarang, karena mereka menulis. Maka, kita harus menulis supaya orang-orang setelah kita bisa menikmati tulisan kita," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, Ahmad Zayadi yang juga hadir sebagai narasumber berpesan, medan jihad sekarang bukanlah melalui kekuatan fisik, namun perang gagasan.
"Medan jihad bukanlah dengan senjata. Peradaban otot harus kita ubah menjadi peradaban otak," jelas pria kelahiran Brebes, Jawa Tengah ini.
Acara ini, imbuh Zayadi, adalah yang pertama kali. "Insyaallah nanti setiap tahun akan kita adakan," tandasnya.
Perhelatan ini adalah rangkaian seleksi dari 357 essay yang telah dikirimkan para santri se-Indonesia, kemudian diambil 50 essay terbaik untuk kemudian diundang di Universitas Indonesia ini.
Hadir sebagai narasumber, Abdul Wahab, Prie GS, Habiburrahman El-Sirazi, dan narasumber lain. (Ahmad Mundzir/Fathoni)