Kudus, NU online
Ketua PC GP Ansor Kudus Abdul Ghofar mengatakan, kalangan kampus perlu mewaspadai gerakan Islam radikal yang sangat cepat berkembang di masyarakat dan bahkan sudah masuk ke kampus dengan cara cuci otak.
"Oleh karenanya, semua elemen mayarakat termasuk kalangan akademik harus mewaspadai berkembangnya Islam radikal di kampus-kampus," katanya dalam talkshow bertema "Peran Pelajar dalam Menghadapi Ajaran dan Gerakan Islam Radikal" yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) di ruang seminar Gedung Rektorat Lantai IV, belum lama ini. <>
Ia menyatakan, berdasarkan survey PP GP Ansor, gerakan Islam radikal di Indonesia telah tumbuh pesat di berbagai penjuru Tanah Air.
"Survei ini menghasilkan rekomendasi setelah digodok di intern PP Ansor bahwa persoalan Islam ekstrem harus diwaspadai," jelasnya.
Pembicara lainnya, H. Ali Rif'an menilai adanya kelompok-kelompok yang mengikuti gerakan radikal itu disebabkan tidak utuhnya mereka dalam memahami ajaran Islam.
"Tidak benar ada pemahaman bahwa Islam itu radikal. Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamin. Kalau ada yang terjerumus dalam gerakan Islam radikal, itu karena mereka memahami Islam sepotong-sepotong," tegasnya.
Dia pun berpesan agar para pelajar di Kudus bisa mempelajari Islam secara kaffah (utuh). "Pemimpin besok adalah pemuda sekarang. Yaitu, pemuda yang bertanggung jawab, punya dedikasi, punya impian, dan punya ilmu," ujarnya.
Sementara pembicara ketiga, Dosen STAIN Kudus, Nur Said, mengutarakan, gagasan Islam moderat yang disemaikan oleh Walisongo bisa menjadi salah satu upaya deradikalisasi di kalangan kelompok Islam radikal.
"Islam yang membawa misi menebar rahmat bagi seluruh alam semesta adalah wujud semangat toleransi dalam kehidupan sosial yang harus harus dipentaskan dalam ruang sosial yang indah dengan semangat akulturatif," terangnya.
Redaktur : Sudarto Murtaufiq
Penulis : Qomarul Adib