Bekasi, NU Online
Dalam rangka menghasilkan lulusan atau calon tenaga kerja yang sesuai dengan era digitalisasi, maka Perguruan Tinggi (PT) harus mampu membekali mahasiswa, tidak hanya employability skill character building, tetapi juga enterpreneur skill.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri saat memberi orasi ilmiah pada pelaksanaan wisuda sarjana 2018, di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Tribuana Bekasi, Jawa Barat, Jumat (27/4).
"Nah, konsekuensinya adalah proses pembelajaran yang tertuang dalam bentuk kurikulum harus direformasi atau diubah secara fundamental. Reformulasi atau perubahan kurikulum itu mutlak dilakukan untuk mewujudkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia," ungkapnya.
Dalam orasinya, ia berharap agar para alumni PT, khususnya STIE Tribuana memiliki jiwa petarung, gigih, dan ulet. Selain itu juga tidak selalu mengeluh di media sosial. Situasi saat ini sangat ketat. Karenanya, ia ingin mahasiswa pasca lulus benar-benar menjadi generasi tangguh dan lincah.
"Karena ketangguhan dan kelincahan itu menjadi sangat penting di era seperti sekarang ini," tukasnya.
Hanif menguraikan bahwa penyiapan calon tenaga kerja oleh PT harus dilakukan tidak seperti biasanya. Sebab, dunia kerja saat ini mengalami perubahan besar. Maka, perlu ada langkah-langkah besar dalam orientasi perubahan kurikulum.
"Keluarlah dari rutinitas seperti biasanya dan diperlukan juga sebuah inovasi yang tinggi," harapnya di hadapan ratusan calon sarjana STIE Tribuana Bekasi.
Ke depan, lanjut Hanif, PT harus fleksibel. Lebih-lebih Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang harus mulai menerapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) agar anak-anak setiap tahun sembari kuliah bisa disertifikasi.
"Program pembelajaran yang dilakukan lembaga pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan pengguna atau industri. Untuk itu, industri seharusnya terlibat dalam pengembangan kurikulum dan pengajaran," katanya.
Menurut Hanif, keterlibatan industri sangat penting karena industri selalu lebih up-to-date, baik dalam teknologi maupun suasana atau lingkungan kerja yang harus terus berkembang dan dikembangkan.
"Era revolusi industri 4.0 yang mempunyai ciri otomasi dan ekonomi digital ini memiliki perkembangan super-computer, robot Artificial Intelligence (AI), dan modifikasi genetik yang mengakibatkan pergeseran tren tenaga kerja yang tidak lagi bergantung pada tenaga manusia, tetapi mesin," katanya.
Berdasarkan penelitian studi dari McKinsey tahun 2017, imbuh Hanif, ada enam sektor yang dapat digantikan oleh otomasi di industri 4.0. Diantaranya food service (pelayan), manufaktur, pertanian, transportasi dan gudang, ritel, serta pertambangan.
Turut hadir Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemnaker Bambang Satrio Lelono, Rektor STIE Tribuana Sardi Effendi, para guru besar STIE Tribuana, Ketua Yayasan Eka Widya Nusantara Anisa Setianingsih, Sekjen PGRI Quadrat Nugraha, Sekretaris Kopertis Wilayah IV Jabar Banten Subachi Idris, dan 412 wisudawan/ti. (Aru Elgete/Muiz)