Depok, NU Online
Selama 3 hari pelaksanaan Sarasehan Nasional Ulama dan Cendekiawan Pesantren di Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok, menghasilkan maklumat kebangsaan untuk perbaikan bangsa dan negara. Maklumat itu dibacakan oleh pengasuh pondok pesantren Al-Hikam, KH Hasyim Muzadi pada acara penutupan, Ahad (9/2).<>
Hasyim mengatakan, para ulama dan kiai telah mendapatkan materi dari para tokoh yang berkompeten. Dari situlah kemudian lahir maklumat kebangsaan yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi bangsa Indonesia ke depan.
“Kita juga telah melahirkan rekomendasi dari beberapa sidang komisi yang menjadi maklumat kebangsaan. Sebagai suatu hal yang penting bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia tercinta ini,” ujar Rais Syuriyah PBNU ini.
Para Ulama dan cendekiawan muslim, katanya, telah merenungkan 15 tahun perjalanan masa reformasi. Dari situlah kemudian diketahui bahwa sampai saat ini masih banyak cita cita reformasi yang belum tercapai.
“Menjelang Pemilu 2014, banyak hal yang menjurus kepada kecurangan dan manipulasi sehingga harus diatasi. Jika tidak, maka akan terjadi konflik setelah pemilu, dan mengancam keselamatan rakyat,” katanya.
Dalam bidang hukum dan pemberantasan koruspi, Hasyim mengatakan, bahwa dukungan terhadap gerakan pemberantasan korupsi harus terus dilakukan. Namun, KPK harus didukung oleh semua masyarakat.
Ia menekankan, bahwa korupsi bisa diberantas secara bertahap dengan program gerakan nasional anti korupsi. "Jadi, tidak cukup hanya diserahkan pada komisi, tapi harus didukung gerakan nasional. Langkah ini membutuhkan waktu yang lama dan harus bertahap seperti negara lain yang berhasil. KPK jadi trigger atau pemicu awal dalam pemberantasan korupsi,” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia masih memerlukan peran ulama dan kiai. Oleh Karena itu, ia berharap ulama tak tergerus oleh keadaan dengan tetap menjaga kewibawaannya di mata masyarakat. "Kalau Ulama sudah hilang muruah-nya, maka akan terjadi kegoncangan di masyarakat,” terangnya.
Dalam situasi negara yang sedang karut marut, terangnya, ulama harus tetap konsisten mengawal umat. Artinya, ulama tak boleh tinggal diam melihat keadaan bangsa dan negara yang tak menentu arahnya seperti saat ini.
“Silahkan para kiai menyimpulkan sendiri apa yang harus dilakukan dari maklumat kebangsaan ini atau ijma; sukuti (diam saja),” paparnya.
Sebagai tuan rumah acara, Hasyim sangat senang melihat antusiasme 300 peserta sarasehan tersebut. “Melihat antusias dari acara ini, ada permintaan agar kegiatan serupa diadakan secara berkala. Sebab, ini adalah bagian dari upaya memperteguh semangat dan persatuan Negara Republik Indonesia yang kita cintai,” tandasnya.
Sarasehan ini menghadirkan para pembicara. Diantaranya Muhamimin Iskandar, Rokhmin Dahuri, pengamat politik Yudi Latif, perwakilan KPK, perwakilan dari Kapolri dan Panglima TNI. Selain itu hadir pula Mahfud MD, Jusuf Kalla, Rizal Ramli, Marzuki Alie, Ahmad Heryawan, Hatta Radjasa dan Jimly Asshidiqi.
Sarasehan yang digelar sejak Jumat lalu itu, ditutup oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Selanjutnya, diprakarsai Hasyim Muzadi, sarasehan serupa akan digelar di daerah-daerah dengan mendatangkan para pembicara dari tingkat pusat. Dalam waktu, kegiatan itu akan digelar di Jawa Barat. (Red: Anam)