Nasional

Indonesia Mencari Pemimpin Tulen

Jumat, 19 April 2013 | 11:03 WIB

Jakarta, NU Online
Untuk menjadi bangsa besar yang memiliki kiprah di kelas internasional, Indonesia memerlukan pemimpin tulen. Dengan watak kepemimpinan yang matang, Indonesia akan memimpin dunia seperti peristiwa Konferensi Asia-Afrika (KAA) 58 tahun silam.
<>
Demikian dikatakan oleh Wakil Sekjen (Wasekjen) PBNU Abdul Munim DZ saat ditemui NU Online di Gedung PBNU lantai tiga, nomor 164, Jakarta Pusat, Kamis (18/4) siang.

Di usia yang sangat muda, Indonesia di bawah kepemimpinan Bung Karno sanggup menggerakan negara-negara kulit berwarna untuk memperjuangkan nasibnya. Indonesia muda menginisasi KAA yang diikuti oleh negara-negara Asia dan Afrika baik yang sudah maupun belum merdeka, tambah Abdul Mun‘im DZ.

Setelah Bung Karno dijatuhkan, Indonesia hanya mengurus dirinya sendiri. Presiden Indonesia, lanjut Abdul Mun‘im DZ, lebih mengurusi internal belaka, ekonomi, keamanan, dan lainnya. Perhatian internal tidak berbanding imbang dengan perhatian ke dunia internasional.

Namun, masa kepresidenan KH Abdurrahman Wahid yang lebih disapa Gus Dur cukup memberikan harapan. Gus Dur membangun kembali jaringan-jaringan internasional. Hanya saja kepemimpinan Gus Dur dipangkas di tengah jalan, imbuh Abdul Mun‘im DZ.

“Peringatan 58 tahun KAA ini perlu dijadikan momentum pembenahan kepemimpinan. Partai dan organisasi mahasiswa kini di Indonesia harus memiliki sistem kaderisasi yang baik untuk memunculkan sosok pemimpin dunia seperti Bung Karno atau Gus Dur,” kata Abdul Mun‘im DZ.

Konferensi yang berlangsung dari 18-24 April 1955 di Bandung, menghasilkan Dasasila Bandung. Dasasila Bandung merupakan komitmen bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk menentukan nasib, kedaulatan, dan kesejahteraannya secara mandiri.

Konferensi ini pula yang menginspirasi gerakan-gerakan radikal di Amerika Latin seperti Fidel Castro, Che Guevara, dan aktivis gerakan lainnya, tutup Abdul Mun‘im DZ.


Penulis: Alhafiz Kurniawan


Terkait