ILO Tantang Sarbumusi Rebut Medan Juang Perburuhan Global
Selasa, 27 September 2016 | 19:04 WIB
Jakarta, NU Online
Sejak berdiri 27 September 1955 di pabrik gula Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, hari ini, Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) merupakan Badan Otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang menangani persoalan perburuhan tepat berusia 61 tahun. Langkah nyata perlu terus dilakukan sebagai penjelasan kepada publik jika Sarbumusi bujan hanya oganisasi sekedar.
Country Office for Indonesia and Timor Leste International Labour Organization (ILO) Irham Ali Saifudin, di Jakarta, Rabu (27/9) menyatakan Sarbumusi merupakan salah satu dari sedikit gerakan buruh tua yang berhasil bangkit kembali setelah represi Orde Baru.
"Kedepan Sarbumusi harus merebut kembali medan juangnya. Tidak hanya untuk kaum nahdliyin dan muslimin, tapi juga untuk kelas buruh di dunia melalui afiliasi dan jejaring gerakan buruh global," kata Irham lagi.
Presiden DPP K Sarbumusi Syaiful Bahri Anshori melalui Wakil Presiden Hubungan Dalam Negeri Sukitman Sudjatmiko menyatakan, politik upah murah hingga saat ini merupakan problematika merugikan kaum buruh.
"Dan Sarbumusi tak pernah memicingkan mata, menuntut keseriusan pemerintah untuk mengoreksi sistem pengupahan yang sudah berjalan selama ini. Karena itu, perbaikan upah merupakan satu-satunya harapan buruh, dan itu selalu kami suarakan," kata dia.
Setelah dikukuhkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, pada Jumat (23/9) di lantai 8 Gedung PBNU. Pada Sabtu (24/9), DPP K Sarbumusi NU menggelar Rapat Kerja Nasional ke-I Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Sarbumusi NU. Tema diambil adalah Reposisi Gerakan Sarbumusi NU dalam Politik Perburuhan Nasional dan Internasional.
Rangkaian kegiatan Sarbumusi ditutup dengan pemotongan tumpeng dan pembacaan khotmil quran, pada Selasa (27/9) di kantor Sarbumusi, Jalan Raden Zaleh 1 no 7A Jakarta Pusat. Bertepatan dengan 61 tahun usia Sarbumusi. 30 anggota Sarbumusi akan membaca satu juz hingga tercapai 30 juz. (Gatot Arifianto/Fathoni)