Jakarta, NU Online
Identitas keindonesiaan belum terbentuk secara sempurna. Kebelumtuntasan ini mengaburkan makna kemerdekaan yang secara meriah diperingati setiap tahun warga negara Indonesia. Kebelumtuntasan identitas itu juga membawa kerugian besar bagi masyarakat secara lahir maupun batin.
<>
Demikian dikatakan Sekretaris Umum Gerakan Pemuda Ansor M Aqil Irham (PP GP Ansor) saat ditemui NU Online di Kantor PP GP Ansor jalan Kramat Raya nomor 65A, Jakarta Pusat, Selasa (20/8) malam.
“Sebut saja semangat gerakan ekonomi yang kini berlangsung sangat bersifat kapitalistik,” tegas M Aqil Irham sambil mengoreksi SK puluhan cabang GP Ansor se-Indonesia.
Kapitalistik itu, menurut M Aqil Irham, memang tidak dikatakan. Namun, gerakan ekonomi dan termasuk pola pengelolaan negara dalam praktiknya menunjukkan aroma semangat kapitalistik yang sangat kuat.
Padahal semangat kapitalistik sama sekali bukan identitas orang Indonesia. Para pendiri bangsa Indonesia sejak awal sekali mengkhawatirkan semangat kapitalistik itu, kata M Aqil Irham.
Selain persoalan perekonomian, M Aqil Irham melihat sejumlah praktik sosial yang semakin jauh dari nilai-nilai keindonesiaan. Konflik antarkampung, benturan antaraliran agama, gesekan antaragama, sejumlah kasus kekerasan atas nama agama masih kerap terjadi.
Diskriminasi sosial, ketidakadilan hukum, dan ketidakpuasan struktural antara masyarakat kepada pemerintah lokal maupun pusat, mengindikasikan pejabat publik dan juga masyarakat masih berjarak dengan nilai-nilai keindonesiaan yang disarikan dalam Pancasila untuk selanjutnya diturunkan dalam butiran UUD 1945, tegas M Aqil Irham.
Kini ia tengah mendampingi staf kesekretariatan dalam mempersiapkan apel banser yang rencananya digelar di kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (24/8). Ia juga mengabarkan bahwa PP GP Ansor tengah mempersiapkan peringatan puncak harlah ke-79 GP Ansor November tahun ini.
Penulis: Alhafiz Kurniawan