Nasional

Hipsi Gagas Pesantren Sebagai Basis Ekonomi Bangsa

Kamis, 6 Februari 2014 | 05:01 WIB

Banyuwangi, NU Online
Seiring perkembangan perekonomian lokal, para santri berperan aktif dan memberikan corak  erkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini mengemuka dalam seminar yang digagas Aspirasi Para Gus (ASPARAGUS), RMI NU dan Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) di pesantren Blokagung Banyuwangi Jawa Timur, Ahad (2/2).

Sejumlah pakar ekonomi mengatakan, Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terkuat nomor 7 di dunia tahun 2025 kelak. "Itu artinya Indonesia menjadi pasar yang sangat menggiurkan," kata Ketua Umum HIPSI Mochammad Ghozali.

Secara khusus, Ghozali menambahkan Banyuwangi dengan rencana tambang emas Tumpang Pitu 2016 mendatang dan golden share saham sepuluh persen, diperkirakan pendapatan Pemkab Banyuwangi dari sektor ini bisa mencapai triliunan rupiah per tahun. "Tentu ini akan banyak uang melimpah di pasaran," tandasnya.

Santri dan lingkungan pesantren khususnya sebagai generasi Islam mengemban tugas dakwah. "Namun, tanpa dibarengi dengan perekonomian yang kuat, maka tidak akan mungkin mampu menegakkannya karena akan selalu menjadi korban kepentingan kapitalisme," terang penginspirasi perkembangan pesantren Sidogiri KH Mahmud Ali Zain yang tampil sebagai narasumber.

"Jadi santri dan pesantren umumnya, harus menyiapkan diri untuk menjadi pelaku penting bidang  ekonomi," lanjut Kiai Mahmud.

Kiai yang memiliki semangat kewirausahaan tinggi ini mengungkapkan, penguasaan sektor ekonomi harus lintas bidang, seperti produksi, distribusi, maupun sektor keuangan. "Sehingga keuangan tidak bergantung pada bank-bank swasta atau asing yang masih menjalankan praktik riba," tandasnya.

Pada kesempatan ini, pengusaha asal Jember Arum Sabil mengatakan, untuk mengawali usaha apa yang bisa dijalankan pesantren, tentunya harus melihat kondisi pasar dan kemampuan SDM santri. "Tidak boleh dipaksakan karena malah tidak bisa jalan," terang Arum.

Sebagai solusi, Arum Sabil menyarankan santri membuka usaha dengan meniru sistem yang sudah jalan. "Untuk BMT bisa mencontoh milik Sidogiri. Atau sumber daya yang dimiliki pesantren lokal bermitra dengan perusahaan yang bersedia memberikan pembinaan, pengawalan, atau pendanaan," lanjutnya.

HIPSI sendiri telah memiliki pengurus dan anggota dengan berbagai usaha yang layak dikembangkan. "Misalnya untuk pengembangan budi daya susu, peternakan ayam, budi daya singkong, dan lain sebagainya. Banyak tokoh atau lembaga yang siap membantu kapan saja jika ada pesantren yang mau menyiapkan SDM untuk dibina. Jadi tidak perlu susah-susah untuk belajar dari nol," sergah Arum.

"Untuk kerjasama kemitraan-kemitraan bidang usaha ini, HIPSI akan siap selalu untuk mempertemukan pihak yang berkepentingan. Di sini peran penting HIPSI untuk kemajuan santri dan pesantren pada umumnya," pungkas Ghozali. (Syaifullah/Alhafiz K)


Terkait