Hari Santri Teguhkan Komitmen Keislaman dan Keindonesiaan
Kamis, 22 Oktober 2015 | 04:37 WIB
Jombang, NU Online
Hari Santri Nasional bukan semata sebuah parade. Yang terpenting adalah bagaimana para santri mampu memberikan kiprah terbaik bagi perjalanan bangsa di masa mendatang.<>
"Indonesia sekarang dihadapkan dengan tantangan yang sangat berat. Dibutuhkan komitmen yang tinggi bagi seluruh warga untuk membentengi negeri ini dari sejumlah ancaman yang menghadang," kata Ketua PC GP Ansor Jombang Jawa Timur, H Zulfikar Damam Ikhwanto, Rabu (22/10).
Menurut Gus Antok, sapaan akrabnya, komitmen keindonesiaan yang dibalut dengan keislaman menjadi pra-syarat bagi terjaganya bangsa Indonesia dari berbagai ancaman ideologi agama global yang cenderung ekstrim. "Dan di sinilah kiprah para santri akan dipertaruhkan," katanya.
Karenanya momentum Hari Santri Nasional yang diperingati secara serentak di berbagai penjuru tanah air hendaknya dapat menggelorakan komitmen para santri akan niat murni tersebut. "Kita hidup di tengah kontestasi pengaruh ideologi agama global yang cenderung ekstrim radikal dan pengaruh liberalisme materialisme yang kebablasan," ungkapnya.
Untuk dapat kian mengoptimalkan peran santri dalam pembangunan, Gus Antok berharap agar santri tidak boleh lagi dimarjinalkan seperti babakan sejarah sebelumnya. "Demikian juga santri, tidak boleh jadi penonton, harus pro aktif berkontribusi dalam perubahan dan pembangunan," tandasnya.
Baginya, Hari Santri Nasional memiliki pijakan dalam perjuangan dengan Resolusi Jihad yang dikumandangkan Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy'ari. "Ini tentu akan menjadi pijakan sejarah yang penting bagi perjalanan dan perjuangan santri di masa mendatang," tegasnya.
Disamping peringatan Hari Santri Nasional mampu menggelorakan semangat perjuangan yang telah diteladankan para ulama, kiai dan santri tempo dulu, hari bersejarah ini juga bisa terus mengingatkan kalangan santri untuk berkiprah di masa mendatang. "Kita bangga memperingati hari santri, karena juga memperingati Resolusi Jihad, serta bangga sebagai benteng kiai dan bangsa," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Fathoni)