Hari Pahlawan, 200 Siswa Ibtida'iyah Simak Cerita Dua Veteran Perang
Senin, 11 November 2013 | 10:01 WIB
Bojonegoro, NU Online
Banyak cara dilakukan untuk memperingati Hari Pahlawan. Sedikitnya 200 siswa Madrasah Ibtida‘iyah Miftahul Huda (MI MH) desa Lengkong, kecamatan Balen Bojonegoro, Jawa Timur mengisi Hari Pahlawan dengan mendengarkan cerita dari dua veteran perang yang tersisa di daerah itu, Ahad (10/11).
<>
Wakil Kepala Sekolah MI MH Sya'roni mengatakan, pada Hari Pahlawan anak-anak diajak do'a bersama untuk para pejuang. Setelah do‘a bersama, mereka diajak menyimak cerita dari pelaku sejarah yang tersisa di Desa Lengkong.
"Para siswa-siswi diharapkan bisa mengambil manfaatnya di Hari Pahlawan, serta dikenalkan untuk mengenang jasa pahlawan yang telah merebut kemerdekaan," terang Sya'roni yang juga guru Bahasa Indonesia.
Mereka bersemangat mendengarkan cerita dua pejuangnya. Bahkan para siswa juga diperkenankan untuk bertanya di saat zaman sebelum kemerdekaan. Para siswa juga tertawa dan terharu saat mendengarkan cerita yang disampaikan dengan penuh semangat. Padahal, usia dua veteran perang itu sudah tidak muda lagi.
Dua veteran yang tersisa di desa Lengkong ialah Abu Bakar (87) dan Sandam (86). Sandam yang kini menetap di RT 09/01 desa Lengkong mengawali ceritanya secara kronologis. Saat itu Sandam yang berusia 22 tahun menetap di dusun Banjartal desa Kabunan, Balen.
Kakek kelahiran 1926 itu bersama temannya tidak pernah berhenti berjuang merebut kemerdekaan siang dan malam. Namun, pendengarannya kini agak terganggu.
"Saya menyamar menjadi orang jelek, dengan menggunakan pakaian seadanya," kata Sandam disambut tawa ria siswa-siswi MI MH Lengkong. Penyamaran dilakukan untuk mencari informasi terkait rencana penjajah.
Pasalnya, penjajah menyerang di saat malam hari. Setelah mendengar niatan busuk Belanda, ia bersama rekan-rekannya memasang bom di sepanjang jalan yang akan dilalui penjajah.
Sedangkan Abu Bakar warga RT 01/01 desa Lengkong tergabung dalam laskar Hizbullah. Ia tidak pernah henti berjuang untuk memerdekaan Indonesia.
"Pada suatu malam saya pernah mau tertangkap. Tetapi saya mencari jalan lain agar tidak diketahui penjajah," kata Abu Bakar yang juga pendiri MI MH Lengkong.
Usai kemerdekan, ia bersama pengurus lainnya mendirikan sekolah pertama di Desa Lengkong yang diberi nama MI MH Lengkong. Ia berharap, sekolah yang didirikannya bermanfaat kepada masyarakat. (Yazid/Alhafiz K)