Jember, NU Online
Naiknya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke kursi presiden RI di awal reformasi, tidak bisa dilepaskan dari peran politik KH Yusuf Muhammad (Gus Yus) sebagai Ketua fraksi PKB MPR RI waktu itu. Bagaimana sebenarnya sosok Gus Yus?<>
Badrul Munir, penuis buku “Mengawal Konstitusi, Pemikiran Gus Yus, Pandangan PKB” mengungkapkan, betapa Gus Yus begitu lihai memainkan peranannya waktu itu.
“Beliau sangat lihai mencari peluang di semua lini agar nama Gus Dur diterima sebagai calon presiden oleh parlemen,” katanya saat menjadi pembicara dalam peluncuran buku tersebut di Pondok Pesantren Nuris, Antirgo, Jember, Senin (10/9).
Menurut Badrul, Gus Yus adalah sosok ulama NU yang berpandangan luwas dan luwes dalam berpolitik. “Itu bisa kita lihat bagaimana beliau memainkan loby-loby politik menjelang untuk memunculkan nama Gus Dur, yang kemudian terpilih sebagai presiden,” tukasnya.
Gus Yus, tambah Badrul, sedikit banyak mewarisi sikap dan cara berpikir tokoh NU Nasional, KH. Achmad Shiddiq. Dikatakannya, Gus Yus dalam prakteknya senantiasa mengedepankan politik kebangsaan, bukan politik kepentingan sesaat.
“Jadi kita berharap ada kesinambungan gagasan-gagasan besar pemikiran tokoh NU sekaliber KH. Achmad Shiddiq sampai dengan peran sejarah fenomenal KH. Wahid Hasyim saat mendirikan negara ini, dengan para politisi NU yang sekarang di Senayan,” harap Badrul.
Dalam peluncuran buku tersebut, selain dihadiri ratusan audien, hadir juga sebagai pembanding antara lain KH. Muhyiddin Abdusshomad (Rais Syuriah PCNU Jember), Abdul Hamid Wahid, pengasuh pesantren Nurul Jadid, Probolinggo sekaligus anggota FKB DPR RI, dan Ketua DPC PKB Jember, Miftahul Ulum.
Menurut Hamid, Gus Yus adalah tokoh NU Jember yang berkiprah di tingkat nasional, dengan sikapnya yang istiqamah dalam menjaga prinsip-prinsip perjuangan NU. “Karena itu, Gus Yus patut menjadi teladan bagi kita dalam menentukan format perjuangan ke depan,” ucapnya.
Sedangkan Miftahul Ulum, menilai Gus Yus merupakan sosok yang bersih dan berwibawa. Ulum bercerita soal sikap Gus Yus yang menolak politik transaksional ketika dicalonkan sebagai bupati Jember sekian tahun lalu. Saat itu, kata Fraksi PKB Jember memiliki 17 suara ditambah dua suara PAN. Untuk terpilih sebagai bupati, Gus Yus hanya membutuhkan 4 sura lagi. Untuk itu, lanjut Ulum, ada yang mengusulkan agar PKB selaku penyokong utama Gus Yus, mencari tambahan 4 suara dengan kompensasi uang.
“Namun Gus Yus menolak. Katanya itu tidak boleh. Itu sama saja dengan menyogok, dan itu neraka,” jelas Ulum menirukan komentar Gus Yus. Dan septeri diketahui, Gus Yus akhirnya benar-benar terpental dari arus perburuan kursi bupati Jember ketika itu.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Aryudi A. Razak