Gus Yahya: Sanad adalah Tulang Punggung Keilmuan Pesantren dan NU
Sabtu, 12 Juli 2025 | 14:01 WIB

Gus Yahya saat Kuliah Umum Pembukaan Nasyrus Sanad, di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada Sabtu (12/7/2025). (Foto: dok. Pesantren Tebuireng)
Jombang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengaku pernah mendapat wejangan dari KH Maimoen Zubair bahwa jika pesantren ingin bertahan lama, maka harus memiliki sanad atau sandaran ilmu pengetahuan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Wejangan itu memicu rasa penasaran Gus Yahya dalam memahami nasihat soal sanad dalam lingkup yang lebih luas. Melalui literasi yang Gus Yahya pahami, sanad adalah bagian penting dari berdirinya pesantren dan NU.
"Sanad ini adalah inti, tulang punggung sebetulnya, dari tradisi pesantren dan tradisi NU," kata Gus Yahya saat Kuliah Umum Pembukaan Nasyrus Sanad, di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada Sabtu (12/7/2025).
Gus Yahya bercerita bahwa saat pendiri NU Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari mengajak ulama-ulama untuk bergabung ke dalam NU, maka Kiai Hasyim hanya mengundang ulama bersanad.
"Kemudian beliau mengatakan, Anda sekalian wahai ulama yaitu komunitas ulama pada zaman Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy'ari adalah ulama-ulama yang telah mendapatkan ilmu, mengambil ilmu dari guru sebelum mereka dan para guru sebelum mereka mengambil ilmu dari ulama sebelumnya, dengan sanad yang bersambung hingga kepada ulama-ulama kita. Maka anda sekalian wahai para ulama adalah gudang-gudangnya ilmu dan pintu-pintunya ilmu, dan janganlah orang masuk rumah-rumah kecuali melalui pintunya, barang siapa masuk rumah-rumah tidak lewat pintu, (melainkan) lewat jendela atau genting, orang itu dinamai pencuri," kata Gus Yahya menyampaikan pesan Kiai Hasyim Asy'ari.
Lebih lanjut, Gus Yahya menerangkan penjelasan dari Abubakar Muhammad bin Sirin al-Bashri atau Ibnu Sirin tentang bahayanya mengambil ilmu tanpa sanad.
"Ingatlah bahwa ilmu ini adalah agama, ilmu yang dipelajari oleh para santri adalah agama sehingga diingatkan, berhati-hatilah, telitilah kalian semua dari siapa kalian mengambil agama kalian, dari kalian belajar ilmu, dan berarti dari siapa kalian mengambil agama kalian," katanya.
"Orang mungkin memiliki berbagai macam pengetahuan tentang agama yang bisa digunakan untuk berbicara fasih, yang bisa digunakan untuk mungkin juga mengajarkan pengetahuan-pengetahuan kepada banyak orang. Tetapi apabila pengetahuan itu tidak didapatkan dari pintunya maka yang dibawakan sebetulnya adalah barang curian," tambahnya.