Yogyakarta, NU Online
Warga, alumni dan santri mulai datang melayat di kompleks Pesantren Krapyak, Yogyakarta, Rabu, (3/8) dini hari. Mereka melakukan penghormatan terakhir atas wafatnya KH Muhammad Rifqi dengan berdoa dan membaca Al-Qur’an. Kiai yang dikenal Gus Kelik tersebut wafat pada usia 56 tahun di di Rumah Sakit Panembahan Senopati, Bantul karena sakit gagal ginjal.
Abdurrahman Zuhdi (26), santri senior asal Tulungagung, Jawa Timur menjelaskan, ketika Gus Kelik dikabarkan meninggal, para pentakziyah mendatangi Pesantren Krapyak. "Sekarang jenazah habis disucikan. Ratusan pelayat sudah berdatangan memadati rumah duka," tuturnya.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Imdad, Bantul, KH Habib Abdus Syakur mengatakan, jenazah putra KH Ali Maksum yang ke-5 ini akan dimakamkan hari ini, Rabu (3/8) sekitar pukul 14.00 WIB di Kompleks Pemakaman Dongkelan.
Muhammad Nasrudin, salah satu santri kalong di Pesantren Krapyak menceritakan bahwa almarhum adalah orang yang dekat dengan kalangan bawah. "Gus Kelik itu, meski tidak aktif di organisasi NU seperti Mbah Ali, namun beliau mendirikan jam'iyyah shalawat Bil Musthafa dengan ribuan jama'ah dan semuanya dihormati dengan dijamu makan besar dan ditempatkan di bawah tenda besar," kata salah satu dosen STIQ An-Nur Ngrukem itu.
Ia menambahkan, Gus Kelik orang yang hormat penuh dengan sang ibunda, Nyai Hasyimah. Ini dibuktikan dengan hasil inisiasinya menggelar haul ibunya yang tak lain adalah putri KH Muhammad Munawir. "Lazimnya kalau haul itu kan laki-laki, ini Gus Kelik mengadakan untuk orang perempuan dan yang hadir pun ribuan, dari Gus Mus hingga Habib Syech pernah datang" kenangnya.
Gus Kelik adalah pendiri shalawat Bil Musthofa dengan ribuan masyarakat yang sudah bergabung di dalamnya. Kepergiannya, selain meninggalkan seorang istri, Nyai Fauziyah Salamah, juga ribuan santri yang ia asuh bersama keluarga besar Krapyak serta jamaah shalawatnya. Al-Fatihah... (Mundzir/Abdullah Alawi)