Makassar, NU Online
Pada pertengahan Mei 2016 ini, Subdit PAI pada SMP kembali menyelenggarakan kegiatan pengembangan pembelajaran dan penilaian serta Workshop Tuntas Baca Tulis al-Qur`an (TBTQ) selama 3 (tiga) hari, 12 s/d. 14 Mei 2016. Pembukaan dihadiri oleh Direktur PAI Kemenag RI H Amin Haedari, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sulsel, Kabid PAIS, dan Kasubdit PAI SMP.
Dalam penuturannya sebagai Ketua Panitia, Nifasri M. Nir, Kamis (12/5) seperti dilansir pendis.kemenag.go.id menyatakan bahwa kegiatan ini sangat penting dalam pengembangan kompetensi guru PAI. Khusus untuk TBTQ, kegiatan mengarah pada pengembangan penerapan metode BTQ untuk siswa di sekolah. Peserta yang mengikuti kegiatan ini dapat menyebarluaskan kembali pengetahuan yang diperoleh untuk wilayah masing-masing.
Harapan untuk kemajuan PAI berawal dari perhatian hal-hal yang kecil. Mulai dari kebersihan, kedisiplinan, kerapian, dan sebagainya. Guru PAI dapat menjadi personal penting dalam mengawalinya. Nifasri berharap guru PAI dapat mendorong semua warga sekolah untuk pembiasaan keislaman dan Islam yang rahmatan lil alamin.
Sekolah dapat mengembangan budaya-budaya yang baik, sehat, jujur, dengan berkolaborasi dengan guru PAI. Guru PAI dalam pandangannya harus mampu mengembangkan kompetensi siswa sehingga mereka dapat hidup bermasyarakat lebih baik.
H Abdul Walid Tahir, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Selatan, memberikan pernyataan bahwa peserta harus dapat memanfaatkan momentum baik ini dalam pengembangan kompetensi. Beliau menyiratkan bahwa terdapat tahapan dalam pengembangan kompetensi al-Qur`an ini mulai dari mengenal, gemar, mengetahui aturan baca, dan mengamalkannya. Ini menjadi acuan penting bagi guru PAI.
Sementara itu, Direktur PAI Amin Haedari mengharapkan peserta TBTQ dapat menjadi duta bagi masing-masing provinsi untuk menuntaskan BTQ. Tema yang diusung oleh metode yang cepat, tepat, menyenangkan, bertahap, dan lebih cepat tuntas. Sudah usang, jika hanya membicarakan BTQ.
“Masih ada permasalahan yang lebih krusial, seperti ketertinggalan pendidikan dibandingkan dengan negara lain. Pembelajaran sangat berhubungan dengan cara mengejar ketertinggalan tersebut dan membutuhkan terobosan yang lebih cepat lagi,” ujar Amin Haedari. (Red: Fathoni)