Jakarta, NU Online
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Abdul Moqsith Gazali mengatakan, para fundamentalis itu adalah orang-orang terbelakang.
“Para fundamentalis adalah orang-orang terbelakang sehingga mereka terbiasa menggunakan kekerasan,” katanya saat membawakan materi “Gus Dur dan Keislaman” di Kelas Pemikiran Gus Dur yang digelar Jaringan GusDurian Jakarta, di Yayasan Puan Amal Hayati Jakarta, Sabtu (1/4).
Berbeda dengan para fundamentalis, lanjutnya, Gus Dur menilai kekerasan hanya bisa digunakan oleh mereka yang terusir.
“Dengan kata lain bagi Gus Dur tidak ada alasan untuk menggunakan kekerasan dalam hal apa pun,” tegasnya.
Pemikiran Gus Dur tersebut diperkuat antara lain dengan rasa kagum Gus Dur kepada pemikiran Mahatma Gandi, walaupun keduanya berbeda keyakinan.
Karena Gus Dur menilai perbedaan keyakinan bukanlah masalah. Perbedaan keyakinan justru dapat menciptakan dialog lintas agama, sehingga tujuan keyakinan umat manusia tercapai.
Gus Dur juga menilai negara tidak berhak menentukan pilihan agama seseoranga. Hak beragama adalah pilihan pribadi yang bersangkutan.
“Alasan hukum Islam masuk ke peraturan perundang-undanga misalnya, adalah dengan catatan bahwa keputusan Islam yang masuk ke perundang-undangan tersebut dapat diterima semua pihak. Sementara selebihya selain itu hanya etika bagi umat muslim sendiri,” tambahnya.(Kendi Setiawan/Abdullah Alawi)