Nasional

Fatayat NU: Stanting Bukan Isu Seksi, Tapi Penting

Kamis, 28 September 2017 | 04:30 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PP Fatayat NU, Anggia Ermarini mengungkapkan, Fatayat NU sangat concern dalam persoalan stanting atau gizi buruk. Persoalan gizi buruk selama ini seperti tidak diperhatikan, padahal keberadaannya sangat membahayakan.

Stanting ini sepertinya tidak terlihat, padahal ada di sekitar kita. Sangat membahayakan kalau kita tidak ikut andil (menangani persoalan ini),” kata Anggia saat pembukaan Semiloka Barisan Nasional Fatayat NU Cegah Stanting, di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (27/9) malam.

Fatayat NU menjadikan stanting sebagai salah satu fokus penanganan, karena anggota Fatayat rata-rata berada pada rentang usia jelang pernikahan hingga pengasuhan anak-anak di masa awal pertumbuhan.

“Fatayat NU konsisten mengkampanyekan pemberian gizi yang tepat. Angka stanting mencapai 37, 2 persen. Dari 100 anak usia di TK dan SD ada sekitar 40 anak yang mengalami stanting,” papar Anggia. 

Menurutnya bonus demografi yang diterima Indonesia, bukan menjadi bonus tetapi beban bila persoalan stanting tidak ditangani. 

“Kalau bonus demografi ini kita isi dengan anak yang kurang maksimal kesehatan dan pertumbuhannya, akan jadi beban negara,” jelasnya.

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi oleh Kementerian Kesehatan angka kasus stanting di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 27,5 persen bayi di Indonesia berada dalam status stanting. 

Anggia menemukan persoalan stanting tidak cukup disampaikan hanya satu atau dua kali. Karena itu ia mengajak semua kalangan untuk bersama-sama mengatasi persoalan stanting. 

“Kita ajak para jurnalis, pemuka agama, pemerintah daerah, legislatif untuk mengatasi ini,” kata Anggia.
Fatayat NU juga telah membentuk barisan nasional cegah stanting untuk pencegahan stanting.

Semiloka diikuti perwakilan wilayah Fatayat NU dari 34 provinsi dan 20 cabang, berlangsung hingga 29 September. (Kendi Setiawan)


Terkait