Nasional

Dari Tafsir Cirebon hingga Penyambutan Munas NU

Ahad, 26 Agustus 2012 | 10:09 WIB

Cirebon, NU Online
Para pelajar, santri, mahasiswa, akademisi, aktifis, organisatoris, ulama/kiai/nyai, para ustadz dan kaum muda NU Cirebon lainnya, yang biasa disebut Muhajirin Cirebon karena tinggal di luar Cirebon, menyelenggarakan Halal Bi Halal di sekretariat Mushaf Babakan, komplek pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.<>

Halal bihalal yang diselenggarakan pada Kamis (23/09) kemarin adalah ke sekian kalinya. Hadir dalam acara halal bi halal kali ini, tiga puluhan muhajirin muda NU Cirebon. 

Halal bi halal muhajirin Cirebon ini dilakukan setiap tahunnya dan lokasinya selalu berpindah-pindah. Tahun 2007, halal bi halal muhajirin NU Cirebon ini diselenggarakan di Fahmina Institute, pada tahun 2008 diselenggarakan di Yayasan Khatulistiwa asuhan almaghfurlah KH Syarif Utsman Yahya Kempek, pada tahun 2009 diselenggarakan di STID Al-Biruni Babakan Ciwaringin, pada tahun 2010, diselenggarakan di ISIF, pada tahun 2011 diselenggarakan di pesantren al-Babkani, Majalengka.

Halal bi halal Muhajirin NU Cirebon ini diadakan untuk menjaga bebaturan (silaturahmi), juga untuk urun rembug merespon perkembangan hal-hal aktual yang terjadi di Cirebon. 

Seorang muhajirin yang tinggal di Bekasi, Sa’dullah, mengusulkan pentingnya menindak lanjuti rencana penulisan Tafsir Cirebon, yang telah digagas dalam halal bi halal tahun-tahun lalu. Dalam hal ini ia, sebagaimana saran Kang Affandi Mochtar, mengusulkan bahwa yang dimaksud tafsir  Cirebon bukanlah tafsir lengkap yang ditulis dari al-Fatihah sampai an-Nas, karena nanti terbentur pada kapasitas sang penulis, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi segala.

Tafsir Cirebon adalah kumpulan tulisan orang-orang Cirebon tentang al-Qur’an dan Tafsirnya. Temanya bisa apa saja, hanya dikaitkan dengan al-Qur’an dan atau tafsirnya.

Sa’dullah  dalam kesempatan itu juga mengusulkan agar muhajirin Cirebon berpartisipasi menyambut Munas dan Konbes yang akan diselenggarakan PBNU di Pondok Pesantren Kempek pada 14-17 September mendatang.

Sementara itu tokoh pesantren Cirebon yang turut hadir, KH. Husein Muhammad, mengusulkan pentingnya merumuskan konsep “Pesantren Masa Depan”. Ini di antaranya karena beliau merasa prihatin, melihat beberapa pesantren kini mulai ditinggalkan santri dan umat.

Menanggapi usulan Sa’dullah dan Kiai Husein, Marzuki Wahid, tokoh muda Cirebon yang aktif sebagai pengurus PP Lakpesdam, menyatakan bahwa dirinya bersama ISIF Cirebon siap menyelenggarakan simposium  yang berusaha merumuskan pesantren masa depan, dengan menghadirkan beberapa ahli. Ia juga mengemukakan pentingnya menyambut Munas NU ke Kempek, misalnya dengan mengadakan Kirab Aswaja, dari Kota Cirebon sampai lokasi acara di Kempek. 

Muhajirin lainnya, Ali Mursyid, yang sedang menempuh S3 di Jakarta, mengusulkan bahwa untuk menyambut Munas NU di Kempek, sebaiknya muhaiirn NU Cirebon jangan hanya berkontribusi dalam penyelenggaraan Kirab Aswaja, tetapi juga berpartisipasi dalam ajang Bahtsul Masail yang diselenggarakan di tengah-tengah acara Munas tersebut. 

“Toh selama ini, muhajirin Cirebon yang tergabung di Rumah Kitab dan PSPP, sering kali mengadakan Bahtsul Masail dan kajian-kajian kepesantrenan,” katanya mengusulkan. 

Selain itu, Abdul Muiz, ketua KMNU Cirebon yang juga aktivis Bahtsul Masail Rumah Kitab, menyatakan bahwa dirinya telah berkeliling ke jaringan muda NU Jawa Barat, berusaha menyerap aspirasi kaum muda, mengenai apa yang bisa dibahas kaum muda NU dalam ajang Munas NU di Kempek. Hasilnya ada beberapa tema yang bisa diangkat, seperti tema “Counter Terhadap HTI” dan “Fenomena Kiai-Kiai NU yang terjun ke dunia politik”.

Idris Mas’ud, muhajirin aktivis Diskusi Pojok Gus Dur, tinggal di Jakarta, menyatakan PSPP (Pusat Studi Pengembangan Pesantren) yang selama ini menjadi tempatnya berdiskusi, sudah lama merencanakan adanya simposium pesantren masa depan tersebut. Jadi PSPP, siap menyelenggarakan simposium tersebut. “Tentu PSPP akan bekerjasama dengan ISIF”, tegasnya.

Selain penyambutan Munas dan Tafsir Cirebon, beberapa peserta mengusulkan hal-hal lain, yang juga tak kalah penting. Seorang muhajirin yang tinggal di Jakarta, dan juga ketua Komunitas Seniman Santri (KSS), Jamaluddin Muhammad, mengusulkan pentingnya menyikapi pencemaran lingkungan di Dukuh Puntang sebagai akibat dari usaha batu alam yang marak di daerah tersebut. 

Adin Jauharuddin, ketum PB PMII yang juga muhajirin Cirebon, menyatakan banyak pengalaman dan gagasan mengenai PMII. Menurutnya, PMII selama ini bergerak di dua sisi. Sisi pertama, untuk menyiapkan kader yang selalu komitmen menjaga tradisi, Kedua, menyiapkan kader yang unggul di bidangnya masing-masing. Yang pertama, PMII sudah dibilang berhasil, sementara yang kedua, masih terus berjuang untuk mencapai hasil yang optimal. 

KH Ahmad Hafizh, ketua PCNU Kota Cirebon, mengingatkan, dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan umum, masih ada persoalan serius yang mesti dicarikan jalan keluarnya, yaitu minimnya jam pelajaran agama. Beliau menginginkan hal ini dibahas secara serius, baik di Munas NU Kempek atau forum lainnya. 

Tak kalah seru, Nuruzzaman, ketua PC Anshor kab. Cirebon, mengemukakan pengalamannya berhadap-hadapan dengan kelompok-kelompok Islam baru yang menggusur tradisi. “Beberapa waktu yang lalu kami berhasil menyelamatkan masjid NU yang untuk beberapa saat dirampas oleh kelompok tersebut, dan sekarang masjid ini butuh alumni pesantren untuk jadi kiai untuk imam dan khatib,” jelasnya.

“Jadi yang penting juga, selain Munas, adalah bagaimana menyiapkan dan mendistribusikan alumni pesantren ke masjid-masjid di masyarakat,” tegasnya lagi. 

Shahibul Bait, KH. Lukman Hakim, yang juga pengurus PWNU Jawa Barat, menyarankan agar seluruh hasil pembicaraan acara ini, khususnya yang terkait Munas, sebaiknya disampaikan kepada panitia Munas NU di Kempek. 

Setelah hampir seharian berdiskusi, pertemuan halal bi halal Muhajirin NU Cirebon ini menghasilkan kesepakatan-kesepakatan sebagai berikut: (1) Penulisan Tafsir tematik oleh orang-orang Cirebon, segera direalisasikan, dengan dikordinasikan oleh Ali Mursyid. (2) Intelektual Muhajirin merekomndasikan adanya Kirab Aswaja untuk menyambut Munas NU Kempek, mulai dari Kota Cirebon. Ini akan dikordinasikan oleh Kiai Haifzh. 

(3) Simposium merumuskan pesantren masa depan, akan diselenggarakan PSPP, bekerjasama dengan ISIF. (4) Halal bi halal juga merekomendasikan perlunya disusun database Intelektual Muhajirin secara lebih rapih, ini akan dikordinasikan oleh Jamaluddin Muhammad.

(5) Terkait keikutsertaan dalam Bahtsul Masail di Munas Kempek, Muhajirin Cirebon terutama yang tergabung dalam RK dan PSPP dipersilahkan mengukuti bahtsul masail secara langsung dengan cara menjadi utusan PCNU atau PWNU. Partisipasi juga bisa ditunjukkan dengan cara menuliskan artikel opini di media massa. Atau jika bisa sebagai utusan dari salah satu PCNU atau PWNU. (6) Halal bi hala dan diskusi juga merekomendasikan perlunya forum lain terkait pelaksanaan Munas NU. Ini akan dikordinasikan oleh Abdul Muiz. 




Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Ali Mursyid


Terkait