Jakarta, NU Online
Cerita-cerita rakyat atau folklor secara pelan-pelan kini mulai dihilangkan dari khazanah Indonesia. Anak-anak Indonesia lebih kenal Spongebob, Tom and Jerry, Naruto, atay Avatar yang dominan di layar televisi.<>
“Bersamaan itu, cerita-cerita lokal juga akan hilang,” kata Wakil Ketua Lesbumi NU Agus Sunyoto di beranda NU Online, Gedung PBNU lt.5, Jakarta, Selasa malam (17/4) lalu. Menurutnya, pengabaian terhadap forklor dan cerita lokal akan mengikis semangat cinta tanah air.
Folklor memang berciri pralogis, memiliki logika sendiri di luar logika umum. Ia merupakan suatu kearifan tersendiri yang dianut oleh suatu komunitas. Folklor rakyat Indonesia kerap dihancurkan oleh logika penyeragaman yang diajarkan di sekolah-sekolah dan di televisi.
Menurut sejarawan NU itu, cara menyiasatinya adalah dengan pendidikan, bukan pendidikan sekolah tetapi pendidikan yang kita buat sendiri. “Saya sendiri membuat pendidikan sendiri, namanya Pesantren Global,” katanya.
Agus Sunyoto menyadari arti penting folklor yang dimiliki masyarakat Indonesia. Fungsi folklor adalah mengikat memori kolektif masyarakat Indonesia. Ia dalam setiap kesempatan selalu mengampanyekan isu ini. Folklor Indonesia berfungsi mengawal nilai-nilai yang berlaku dan akan dipatuhi masyarakat Indonesia. Folklor pun berdaya menjadi cermin kolektif mental masyarakat. Cermin inilah guru pendidik yang sangat berpengaruh bagi perilaku suatu masyarakat.
“Saya sendiri selalu menyadarkan orang-orang bahwa mereka adalah orang Indonesia. Mereka harus terikat dengan tanah kelahiran itu sendiri. Mereka tidak boleh bangga dengan global dunia. Lha, bagaimana kita ini? Masa manusia-manusia global internasional itu dibangga-banggakan gitu?” serunya
Dikatakannya, orang Indonesia harus punya pijakan bahwa “kita orang Indonesia”. Cinta tanah dan air itu yang mesti ditanamkan. Folklor yang dimiliki masyarakat Indonesia mesti direvitalisasi untuk menjaga mental dan kesadaran kolektif rakyat Indonesia.
Perilaku dan sikap suatu masyarakat akan sangat bergantung sekali dengan cara pikir atau memori yang pernah ditangkapnya. Memori kolektif rakyat atau suatu generasi penerus bangsa Indonesia akan sangat berbahaya jika tidak berpijak dan mengakar kepada folklor yang berkembang di tubuh masyarakat Indonesia itu sendiri, tambahnya.
Folklor dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yg diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Folklor dapat berupa lisan. Folklor jenis ini memiliki cakupan bahasa rakyat, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat.
Adakalanya, folklor tidak dalam bentuk lisan. Jenis yang disebut terakhir ini mengambil bentuk antara lain arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tradisional, obat-obatan tradisional, makanan dan minuman tradisional, bunyi isyarat, dan musik tradisional.
Folklor suatu kelompok masyarakat adalah ciri atau identitas kolektif yang melekat pada suatu masyarakat, subkultur, atau kelompok tertentu. Ciri atau identitas suatu kelompok masyarakat menjadi semacam pembeda dari kelompok atau subkultur lainnya.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis : Alhafiz Kurniawan