Budaya Lokal Tercerabut, Ancaman bagi Konflik Horizontal
Jumat, 20 Desember 2013 | 01:03 WIB
Semarang, NU Online
Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Jawa Tengah, Dr H Noor Achmad mengatakan, budaya lokal yang ada di Nusantara merupakan faktor keeratan sosial yang alami karena muncul dari masyarakat itu sendiri.
<>
Demikian ia sampaikan dalam sarasehan “Memotret Kearifan Lokal Jawa Tengah: Menjaga Keharmonisan Hidup Antar Masyarakat dan Alam Sekitar dengan Dukungan Teknologi Komunikasi” yang digelar Fakultas Ilmu Sosial Unwahas di Semarang, Rabu (18/12).
"Jika Indonesia ini tercabut budaya lokalnya, jangan heran nanti kalo akan muncul konflik horizontal," kata Noor.
Ketua Pengurus Pusat Lajnah Perguruan Tinggi NU (LPTNU) ini juga mengkritisi perkembangan budaya di Tanah Air yang dinilai lebih banyak mengadopsi dari luar. "Budaya anak muda sekarang kebanyakan tidak original, alias tiru-tiru. Hal tersebut sangatlah menyedihkan. Kalau istilah dalam istilah Jawa, wong jawa ilang jawane (orang Jawa hilang kejawaannya, red)," katanya.
Noor menegaskan, ia bersama rekan-rekan komunitas masyarakat budaya bertekad mengawal keutuhan NKRI dan menolak setiap upaya yang bertujuan merusak kelestarian nilai-nilai budaya bangsa.
Ki Enthus Susumono yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan, keselarasan dan harmoni dari masing-masing individu dalam masyarakat sangatlah diperlukan. "Seperti para pemain musik gamelan, yang konsisten dengan patokan disiplin musik gamelan, sehingga tercipta musik yang harmonis dan indah," kata Enthus.
Enthus juga menambahkan, kemajemukan budaya bangsa Indonesia merupakan suatu keniscayaan dan fitrah Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga dan dilestarikan oleh segenap komponen bangsa. (Ahmad Rosidi/Mahbib)