Jakarta, NU Online
Presidium Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) se-Indonesia, Nica Ranu Andika menegaskan, pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyatakan bahwa Yerusalem sebagai Ibukota negara Israel harus dilawan.
Menurut Ranu, posisi Amerika Serikat selama ini terhadap konflik di Timur Tengah penuh ambigu, berstandar ganda, provokatif, dan kali ini, sebagai supporter langkah aneksasi atau pencaplokan wilayah negara lain. Tidak ada hal yang bisa membenarkan rencana AS, sambung Ranu, untuk memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerussalem.
“Secara hukum, Perjanjian Oslo tahun 1993 antara Israel-Palestina telah menetapkan bahwa penyelesaian status Yerusalem secara permanen adalah pada perundingan antara Israel-Palestina sendiri,” jelas Ranu.
Dia menegaskan, semua penyelesaian di luar kerangka perjanjian itu berarti pencaplokan, aneksasi, agresi, perampasan kedaulatan negara lain secara kasar.
Bahkan, imbuhnya, negara Palestina pun mematuhi perjanjian Oslo. Meskipun Deklarasi Negara Palestina oleh PLO tahun 1988 tegas menyatakan bahwa Yerusalem adalah Ibukota resmi Palestina, namun dalam kenyataan itu tidak pernah terjadi karena dicegah oleh Israel.
“Lalu apa hak AS dan Trump untuk menentukan secara sepihak bahwa Yerusalem adalah milik Israel?” tukas pria kelahiran Brebes ini.
BEM PTAI se-Indonesia memprotes keras pernyataan dan rencana Trump-AS. Ini menjadi provokasi yang akan membangkitkan lagi keresahan dan kemarahan di Timur Tengah yang ternyata tak pernah damai akibat campur tangan tak bertanggung jawab dari AS.
“Kami menuntut pertanggungjawaban Duta Besar AS di Indonesia Joseph R. Donovan Jr untuk menjelaskan hal ini kepada publik,” tegasnya.
Menurut Ranu, apa masih kurang keterlibatan AS dalam konflik berdarah di Irak dan Syria, sehingga provokasi tidak bertanggung jawab seperti ini hendak diperluas lagi ke kota suci Yerusalem?
“Kami juga mencatat bahwa sejumlah negara yang selama ini menjadi sekutu AS juga telah menolak pernyataan Trump. Inggris, Perancis dan Saudi telah menyatakan bahwa langkah ini akan menyebabkan keresahan,” terang Ranu.
Atas pernyataan Trump tersebut, BEM PTAI se-Indonesia menyatakan sikap:
1. Sebaiknya Trump mendengarkan masukan dari sekutu-sekutunya kali ini. Agar AS tidak dinobatkan sebagai pemerintahan yang mendukung kolonialisme baru di Timur Tengah.
2. Meminta pemerintah Indonesia untuk memprotes Donald Trump dan menggalang kekuatan internasional, baik melalui PBB maupun OKI untuk menggelar sidang menolak kebijakan sepihak Trump demi terpeliharanya koeksistensi damai di Palestina serta terciptanya stabilitas politik dan keamanan di Timur Tengah.
(Fathoni)