Nasional

Agar Tak Dieksekusi, Banser Pasang Lambang NU di Rumah PKI

Jumat, 2 Mei 2014 | 02:30 WIB

Malang, NU Online
Membincang Tragedi geger 1965 dalam berbagai perspektif memang tidak ada habisnya. Dalam Dialog Kebangsaan bersama penulis Buku Putih "Benturan NU-PKI 1948-1965" di Malang, Kamis (1/5), sejarawan Agus Sunyoto mengatakan, PKI dan NU pada saat itu adalah sama-sama korban perubahan politik di Indonesia.<>

Menurutnya, peristiwa tersebut bukanlah antar NU-PKI saja, dengan tuduhan NU sebagai pelaku pembantaian. Banyak pihak-pihak selain NU yang terlibat, seperti TNI, Muhammadiyah, Marhaen dan beberapa kelompok massa yang lain. NU dalam hal ini adalah korban yang menjadi kambing hitam sejarah.

Di daerah yang menjadi wilayah konflik PKI seperti di Kediri, beberapa pimpinan Ansor bahkan menyembunyikan atau melindungi warga PKI yang akan dieksekusi. Rumah-rumah anggota PKI diberi tanda lambang NU agar penyergapan terhadap mereka tidak dilakukan.

Setelah peristiwa konflik, bahkan banyak anak korban yang dididik oleh kiai, disekolahkan dan diberi pekerjaan sebagai bentuk rekonsiliasi awal. Banyak anak anggota PKI yang dididik kiai itu kini sudah berstatus PNS.

Namun sejarah tidak selalu ditulis secara obyektif. Fakta yang menyebutkan bahwa beberapa warga NU terbunuh, juga fakta bahwa para kiai menolong dan berteman damai dengan PKI tidak pernah diungkap dalam sejarah. “Hal ini sengaja ditutup-tutupi, untuk menyudutkan NU,” tegas Agus Sunyoto yang juga pengasuh pondok pesantren Global Tarbiyatul Arifin itu, di home theater Humaniora, UIN Maliki Malang.

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Soekiman, mantan aktivis lekra. Menurut bapak 78 tahun ini, di daerahnya Blitar, dirinya dan Banser justru membentuk suatu perkumpulan untuk melindungi keluarga korban PKI. Dan aktivitas ini berlanjut hingga ke berbagai daerah Jawa Timur. (Diana Manzila/Anam)


Terkait