Jakarta, NU Online
Ketua Badan Pelaksana Perguruan Tinggi Nahdaltul Ulama (BPPTNU) KH Mujib Qulyubi mempertanyakan adakah korelasi antara tingkah laku dan cara berpikir seseorang ketika dewasa dengan pendidikan yang didapatnya saat usia dini?
Pertanyaan itu disampaikannya saat membuka Seminar Nasional “Prospek dan Tantangan Guru PAUD pada Era Global” yang digelar Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) di Auditorium PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (29/4).
“Sekali lagi saya ingin tanyakan, adakah korelasi maksimal anak-anak yang mengikuti pendidikan dini dengan ketika sudah dewasa? Kalau ada, maka tantangan kita saat ini adalah menanamkan rasa cinta agama sekaligus cinta tanah air dan bangsa kepada anak-anak usia dini,” urai Kiai Mujib.
Kiai Mujid menyebut realitas saat ini menyatakan di lima negara di Timur Tengah yaitu Siria, Afganistan, Irak, Somalia, dan Yaman belum juga kunjung damai, padahal di sana banyak kiai, ulama, dan PAUD.
“Pihak-pihak yang ada, hari ini bersama-sama tetapi di kesempatan lain bisa saling bermusuhan. Pimpinan dan orang-orang dewasa di sana menanamkan kepada jamaah agar mencintai agama lebih besar daripada kepada bangsa,” papar kiai yang juga Khatib Syuriah PBNU.
Kiai Mujib menegaskan pada titik itulah PAUD di Indonesia harus mendesain sedemikian rupa pola dan sistem pengajaran agar peserta didik memiliki kecintaan kepada negara, selain kepada agama, seperti yang dikembangkan di Universitas Nadhlatul Ulama Indonesia (UNUSIA).
“Banyak yang mencirikan bahwa orang Islam yang melakukan istighotsah, membaca doa qunut saat salat subuh, tawasul, atau tahlilan adalah pengikut NU. Itu betul, tetapi tak sempurna bila tidak masuk ke kepribadian NU. Anak didik yang sesuai dengan NU diajarkan dua pilar, ada harakah (gerakan), ada fikrah (pemikiran),” lanjutnya.
Kaitannya dengan PAUD ke depan, Kiai Mujib menyebut harakah NU meliputi berbagai dinamika seperti ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
“Sementara fikrah ideologi akidah anak didik kita bekali militansi akidah yang betul menurut aswaja,” tandasnya. (Kendi Setiawan/Abdullah Alawi)