6 Kiat Praktis Mahasiswa Baru agar Cepat Beradaptasi di Kampus
Selasa, 1 Juli 2025 | 14:00 WIB
Jakarta, NU Online
Masa awal kuliah kerap menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa baru. Berbagai penyesuaian perlu dilakukan agar mahasiswa baru cepat merasa nyaman di lingkungan kampus.
Dosen Psikologi Klinis Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Jawa Tengah, Aufa Abdillah Hanif membagikan 6 kiat praktis yang bisa membantu mahasiswa baru beradaptasi dengan lebih baik di perguruan tinggi.
1. Belajar mandiri
Aufa mengatakan bahwa sistem pembelajaran di perkuliahan berbeda dengan di sekolah. Jadwal kuliah bisa dimulai pagi, siang, sore, bahkan malam. Mahasiswa dituntut untuk menyusun jadwal sendiri agar waktu belajar, istirahat, dan kegiatan sosial tetap seimbang.
Mencatat agenda harian atau menggunakan aplikasi pengingat dapat menjadi langkah awal dalam mengatur waktu secara mandiri.
"Di samping itu, mahasiswa juga harus mulai belajar mengelola keuangan pribadi. Biasanya, uang diberikan langsung setiap bulan oleh orang tua, sehingga kemampuan menyusun anggaran untuk makan, transportasi, hingga kebutuhan akademik sangat penting,” ujarnya kepada NU Online, pada Selasa (1/7/2025).
2. Meningkatkan keterampilan akademik
Berbeda dengan di SMA, tidak semua materi di perguruan tinggi disampaikan secara lengkap oleh dosen. Mahasiswa dituntut aktif belajar mandiri dengan mencari bahan sendiri, membaca buku, jurnal, dan membuat catatan yang mudah dipahami kembali.
“Mahasiswa dari pesantren atau sekolah berbasis lokal di Jawa mungkin butuh waktu lebih untuk menyesuaikan diri dengan model pembelajaran kritis dan mandiri di kampus,” jelasnya.
3. Membangun jaringan pertemanan
Aufa mengungkapkan bahwa membangun jaringan pertemanan merupakan bagian penting dari proses adaptasi. Mahasiswa dapat mulai menjalin relasi dengan bergabung dalam organisasi kampus, seperti himpunan mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), atau paguyuban daerah seperti Paguyuban Mahasiswa Banyumas, Pati, dan lainnya.
Menurutnya, ikut berorganisasi bukan hanya untuk kegiatan formal, tetapi juga menjadi wadah bertemu teman baru dan mengembangkan kemampuan sosial. Selain itu, memiliki teman seperjuangan satu kelas atau satu tempat tinggal juga membantu proses beradaptasi.
“Kegiatan belajar kelompok, saling mengingatkan tugas, atau makan bersama dapat mengurangi rasa kesepian dan menumbuhkan rasa kebersamaan. Solidaritas antar mahasiswa, yang kuat di banyak kampus (khususnya) di Jawa, merupakan sumber kekuatan yang sangat membantu saat menghadapi tekanan akademik,” paparnya.
3. Mengasah keterampilan sosial
Dalam masa-masa awal beradaptasi dengan situasi baru, hal penting yang perlu dilakukan mahasiswa baru adalah mengasah keterampilan sosial. Hal ini bisa dimulai dengan belajar mengemukakan pendapat secara jelas di muka umum, menulis email kepada dosen dengan etika akademik, dan melakukan presentasi.
“Dalam kerja kelompok, mahasiswa juga harus belajar berbagi tugas secara adil dan menghargai pandangan orang lain,” terang Aufa.
5. Mencari dukungan
Menurut Aufa, mencari dukungan merupakan hal penting bagi mahasiswa saat menjalani masa adaptasi. Persoalannya, mahasiswa atau khususnya mahasiswa baru kerap enggan meminta dukungan karena merasa tabu atau malu untuk pergi ke konselor psikologi, takut dianggap lemah. Saat ini, layanan konseling sudah tersedia di berbagai kampus.
“Konseling bisa menjadi ruang aman untuk mencurahkan stres, kebingungan atau masalah pribadi. Selain itu, memiliki mentor, seperti dosen pembimbing atau kakak tingkat, juga sangat membantu,” ungkapnya.
6. Menjaga kesehatan mental dan fisik
Aufa menyatakan bahwa mahasiswa baru perlu menjaga kesehatan mental dan fisik. Kampus umumnya menyediakan fasilitas olahraga seperti lapangan, gym, atau komunitas olahraga. Mahasiswa dapat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya untuk menjaga keseimbangan antara tubuh dan pikiran.
Mahasiswa baru, kata Aufa, juga dapat menghabiskan akhir pekan dengan berkunjung ke tempat wisata untuk relaksasi. Selain itu, mereka harus menjaga pola tidur sehat agar tetap fokus dan tidak mudah lelah.
Secara keseluruhan, transisi dari siswa ke mahasiswa bukan sekadar berpindah jenjang pendidikan, tetapi juga bergeser dalam cara pandang dan cara hidup.
“Dengan kombinasi antara nilai-nilai lokal dan semangat belajar yang tinggi, mahasiswa dapat melewati masa transisi ini dengan baik dan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh serta berdaya saing,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (Fuadah) UIN Salatiga, Risa Suryani. Ia memaparkan beberapa kiat agar mahasiswa baru lebih mudah beradaptasi di lingkungan kampus.
Ia menganjurkan mahasiswa untuk mulai bersosialisasi dengan teman lintas latar belakang, memanfaatkan fasilitas kampus seperti perpustakaan, serta turut aktif dalam berbagai kegiatan kampus.
"Hal itu merupakan solusi terbaik untuk mengatasi culture shock (gegar budaya) di lingkungan baru (kampus)," ujarnya.