Karawang, NU Online
Pengurus Pusat Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) menargetkan ada 100 cabang yang bergerak di seluruh Indonesia. Demikian dinyatakan Direktur Eksekutuf PP LAZISNU Amir Ma’ruf di sela Pendidikan Manajemen Zakat III yang digelar di Karawang, Jawa Barat, Senin-Rabu (17-19/6).
<>
Menurut Amir, LAZISNU harus difungsikan untuk mengatasi problem kemiskinan di satu daerah. Kemiskinan itu harus diselesaikan masyarakat sekitarnya. Makanya zakat dan infaq itu dikumpulkan di daerah dan ditasharufkan (didistribusikan) di daerah itu. Tak boleh dibawa kemana-mana, “Kalau sudah tidak ada faqir miskin, tidak ada yang berhak menerima satupun, baru dibwa ke daerah lain.”
Untuk mendorong LAZISNU di daerah berfungsi, PP LAZISNU menggelar Pendidikan Manajeemen Zakat. Dalam pendidikan tersebut yang pertama dilakukan penyadaran,”Kami memberikan penyadaran kepada pengurus LAZISNU di tingkat wilayah dan cabang akan menghidupkan LAZISNU sebagai sumber pemberdayaan umat. Penyadaran ini kita bisa lakukan kilas balik masa lalu.
Kedua, dibekali perangkat-perangkat teknis manajerial untuk mengelola zakat, “Tugaas pokok LAZISNU itu kan mengumpulkan dan mendistribusikan. Kemudian itu dikelola dengan cara profesional agar dipercaya oleh masyarakat.”
Jika itu dilakukan dengan profesional, tambah Amir, maka trust (kepercayaan) itu akan didapat. Untuk mendapatkan kepercayaan, lembaga zakat harus memenuhi kaidah-kaidah lembaga perekonomian atau lembaga keuangan.
Kemudian yang ketiga, tambah Amir, diadakan sharing pengalaman. Kisah-kisah sukses satu cabang akan diceritakan kepada cabang-cabang lain. Dengan cara itu bisa mengilhami, menginspirasi mereka.
Lebih jauh ia mengatakan, cabang yang belum melakukan itu bisanya terhantui oleh persoalan-persoalan yang menghambat, “Selama ini yang mereka pikikan itu adalah hambatan, tantangan, hambatan, tantangan. Sementara peluang itu tak pernah ditengok,” terangnya.
Penulis: Abdullah Alawi