Hari ini adalah hari kedua bulan Muharram. Perkenankanlah khatib mengucapkan selamat tahun baru Hijriyah 1434 H. tahun baru yang penuh harapan dan juga harus penuh sesalan. Marilah kita menyesali terlebih dahulu, berbagai kesalahan yang kita lakukan, maupun berbagai kebaikan yang belum sempat kita kerjakan.
<>
Berangkat dari penyesalan itulah kita bangun harapan setinggi-tingginya, harapan untuk mengurangi kesalahan dan menambah berbagai amal kebaikan.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
الØمد لله على نعمه ÙÙ‰ أول الشهر من السنة الهجرة التامة, الذى جعل هذا اليوم من أعظم الأيام الرØمة, Ø£Øمده Øمد الØامدين, واستعينه أنه خيرالمعين, وأتوكل عليه انه ثقة المتوكلين أشهد أن لااله الا الله ÙˆØده لاشريك له وأشهد أن Ù…Øمدا عبده ورسوله المجتبى وسيد الورى رØمة للعالمين. اللهم صل وسلم على سيدنا Ù…Øمد وعلى اله وصØبه اجمعين وسلم تسليما كثيرا...اما بعد.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari ini adalah hari pertama bulan Muharram. Perkenankanlah khatib mengucapkan selamat tahun baru Hijriyah 1434 H. tahun baru yang penuh harapan dan juga harus penuh sesalan. Marilah kita menyesali terlebih dahulu, berbagai kesalahan yang kita lakukan, maupun berbagai kebaikan yang belum sempat kita kerjakan. Berangkat dari penyesalan itulah kita bangun harapan setinggi-tingginya, harapan untuk mengurangi kesalahan dan menambah berbagai amal kebaikan.
Oleh karena itu janganlah sampai kita menjadi orang yang merugi. Oranng yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Kita harus optimis bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin dan besok akan lebih baik dari pada hari ini.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Marilah di hari pertama tahun baru ini kita bersama-sama membulatkan sekuat tenaga saling menjaga diri dan jiwa kita agar tetap berada di jalan Ilahi. Ada baiknya penjagaan ini kita lakukan secara kolektif. Bukankah keamanan akan semakin mudah tercapai jika penjagaan itu dilakukan bersama-sama? Artinya, penjagaan diri dari berbagai kesalahan dan dosa alangkah baiknya jika kita lakukan bersama, dengan cara saling mengingatkan. Andaikan ada salah pada diri saya mohonlah ingatkan saya, dan jika saya mengingatkan anda janganlah anda tersinggung. Insyaallah saya juga tidak tersinggung bila diingatkan. Karena hanya mereka yang mau saling mengingatkanlah yang akan mendapatkan keuntungan. Bukankah surat al-Ashr mengajarkan hal yang demikian
والعصر * إن الأنسان Ù„ÙÙ‰ خسر * الا الذين أمنوا وعملوالصالØات وتواصوا بالØÙ‚ وتواصوا بالصبر *
Surat di atas seolah sangat kontekstual sekali dengan keadaan kita sekarang. Ayat pertama menegaskan “Demi masa” marilah di awal tahun yang sedang bergulir ini kita mulai kesepakatan baru untuk saling mengingatkan dan menasihati. Jika benar kesepakatan ini telah kita tanamkan bersama di dalam hati, insyaallah ke depan hidup kita dapat terkontrol. Bukankah maraknya tawuran antar desa yang merebak akhir-akhir ini karena tak adanya kesadaran saling menasehati, andaikan adapun itu selalu diikuti dengan ketersinggungan sehingga mengakibatkan bentrokan? Semoga Allah memberi kita petunjuk dalam menjalani hari-hari di tahun mendatang.
Para Jama’ah yang Berbahagia
Meski demikian, tidak berarti kita menggantungkan penjagaan diri kita seratus persen dengan orang lain. Dengan harapan mereka menegur kita ketika kita melakuka kesalahan, tidak. Demikian itu juga kurang bijak adanya. Baiknya kita sendiri harus mau menerima nasihat dari hati kecil kita. harus rela menerima nilai yang diberikan oleh hati kecil kita. Ketika hati kecil itu berkata ‘ini buruk’, kita harus menghormati keputusan itu segera mengurungkan niat tersebut. begitu juga sebaliknya. Jika hati kita mengatakan “ini baik”, segeralah kita lakukan walaupaun dalam keterpaksaan. Karena hati kecil selalu mengatakan kemurnian dan disitulah tempat tumbuhnya nilai universal. Karena itu al-Ghazali berkata :
استÙت قلبك ولو اÙتواك واÙتواك واÙتواك
Mintalah fatwa hati kecilmu walaupun mereka (orang lain) telah menasihatimu, menasehatimu dan menasehatimu.
Lantas bagaimana praktiknya mempermudah penjagaan diri itu? Mungkin kisah yang dihadirkan oleh Ma’ruf al-karkhi berikut ini bisa menjadi bahan renungan mengukur diri secara bertahap.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ma’ruf al-Karhi berkata bahwa manusia itu seringkali orang-orang mengakui tiga hal, tetapi sesering itu pula mereka menyalahinya. ” الناس يقولون ثلاثة أقوال, وقد خلÙواها بأعمالهم"
Pertama يقولون Ù†ØÙ† عبيد الله وهم يعلون عمل الأØرار mereka mengaku sebagai hamba Allah, tetapi kelakukannya sangat tercela.
Marilah kita raba diri kita bersama, apakah kita termasuk di dalamnya? Kalau tahun kemaren kita akui termasuk di dalam golongan ini. Maka sejak hari ini marilah kita berjanji akan segera keluar dari kelompok ini dan menjadi orang yang benar-benar ‘abidullah’.
Kedua, وييقولون أن الله ÙƒÙيل بأرزاقنا ولاتطمئن قلوبهم الا بالدنيا وجمع Øطامها mereka menegaskan bahwa Allahlah yang mencukupi kehidupannya, tetapi perhatian dan hati mereka terborgol dengan keduniawian.
Nah inilah yang kedua saudara. Betapa berat kita tidak mengakuinya. Namun demikian, kita wajib berusaha melatih diri untuk meninggalkan kelompok ini. Dan setahap demi setahap belajar menyandarkan kehidupan ini kepada Allah Yang Maha Kaya. Latihan itu dapat kita awali dengan hal-hal yang ringan semenjak bangun tidur. Misalkan semenjak mata melek hindari berpikir mengenai bendawi. Biasakan bertanya terlebih dahulu kepada istri sudah shalat subuh belum, lalu kepada anak sudah subuh belum. Lalu membaca al-qur’an semampunya, baru kita melakukan aktifitas segalanya. Itu adalah langkah terkecil yang dapat dikembangkan oleh masing-masing pribadi sesuai keadaannya.
Ketiga,ويقولون لابد لنا من الموت وهم يعملون أعمال من لايموت mereka mengetahui bahwa kematian itu pasti, tetapi mereka bekerja seolah-olah akan hidup selamanya.
Jika kita berhasil keluar dari da golongan di atas, insyaallah langkah terakhir ini akan terasa lebih mudah. Minimal apa yang pernah terjadi pada Nabi Ya’kun as. ini akan menjadi teladan bagi kita semua.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Dimuliakan Allah
Dikisahkan dalam Irsyadul Ibad bahwa Nabi Ya’kub as. sedang asyik berbincang dengan Malaikat Maut. Diantara perbincangan itu membahas mengenai kematian. Dengan nada santai Nabi Ya’kub berkata “aku tahu tugasmu sebagai pencabut nyawa. Alangkah baiknya, jika engkau mengabariku terlebih dahulu sebelum menjemput ajalku nanti. “Gimana caranya?” Tanya Malaikat Maut. “Ya gampanglah, masak gitu aja bingung, kirim surat atau kirim utusan kan bisa!” jawab Nabi Ya’kub. Malaikat Mautpun menjawab “oke… nanti akan ku kirimkan kepadamu dua atau tiga kabar”
Selang beberapa lama datanglah kemudian Malaikat Maut menemui Nabi Ya’kub as. Sambil menyapa sekaligus bertanyalah Nabi Ya’kub “kali ini kamu kesini mau mejemput ajalku, atau sekedar bertamu seperti biasanya?”. “Ya mencabut nyawa” jawaban singkat Malaikat maut. “lho bukankah aku pernah memesanmu untuk mengingatkanku sebelum kau mencabut nyawaku”? tuntut Nabi Ya’kub. “Udah, Aku sudah kirimkan kepadamu pesan itu, tidak hanya satu bahkan tiga; pertama rambutmu yang mulai memutih, dua badanmu yang mulai melemah dan ketiga badanmu yang mulai membungkuk. Itulah pesan yang ku kirimkan kepada semua manusia sebelum aku mendatangi mereka.
Begitulah sejatinya Allah telah memberikan peringatan kepada segenap manusia akan datangnya kematian, akan tetapi manusia lebih suka berpura-pura melupakannya.
Sepasang syair Arab patut disitir dalam khutbah kali ini
مضى الدهر والأيام والذنب Øاصل * وجاء رسول الموت والقلب غاÙÙ„
نعيمك ÙÙ‰ الدنيا غرور ÙˆØســـــرة * وعيشـك ÙÙ‰ الدنيـا Ù…Øــال وبـاطل
Masa telah berlalu dan dosa-dosa semakin menumpuk, datanglah tanda-tanda kematian, namun hati tidak mempedulikan.
Nikmatmu di dunia menjadi kesesatan dan kesalahan, dan hidupmu di dunia adalah sebuah kebathilan
اللهم ربنا اصر٠عنا عذاب جهنم إن عذابها كان غراما, إنها سائت مستقرومقاما, ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما, بَارَكَ الله٠لÙيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙيْ اْلقÙرْآن٠اْلعَظÙيْم٠وَنَÙَعَنÙÙŠ وَإيَّاكÙمْ Ùبمَا ÙÙيْه٠مÙÙ†ÙŽ اْلآياَت٠وَالذكْر ÙالْØÙŽÙƒÙيْم٠وَتَقَبَّلَ Ù…ÙÙ†Ùّي ÙˆÙŽÙ…ÙنْكÙمْ تÙلاَوَتَه٠إنَّه٠هÙÙˆÙŽ السَّمÙيْع٠اْلعَلÙيْمÙ
Khutbah II
اَلْØَمْد٠لله٠عَلىَ اÙØْسَانÙه٠وَالشÙّكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÙيْقÙه٠وَاÙمْتÙنَانÙÙ‡Ù. وَاَشْهَد٠اَنْ لاَ اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ اÙلاَّ الله٠وَالله٠وَØْدَه٠لاَ شَرÙيْكَ لَه٠وَاَشْهَد٠اَنَّ سَيÙّدَنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الدَّاعÙÙ‰ اÙلىَ رÙضْوَانÙÙ‡Ù. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÙ‘ عَلَى سَيÙّدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وÙعَلَى اَلÙه٠وَاَصْØَابÙه٠وَسَلÙّمْ تَسْلÙيْمًا ÙƒÙثيْرًا
اَمَّا بَعْد٠Ùَياَ اَيÙّهَا النَّاس٠اÙتَّقÙوااللهَ ÙÙيْمَا اَمَرَ وَانْتَهÙوْا عَمَّا Ù†ÙŽÙ‡ÙŽÙ‰ وَاعْلَمÙوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكÙمْ بÙاَمْر٠بَدَأَ ÙÙيْه٠بÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَثَـنَى بÙمَلآ ئÙكَتÙه٠بÙÙ‚ÙدْسÙه٠وَقَالَ تَعاَلَى اÙÙ†ÙŽÙ‘ اللهَ وَمَلآ ئÙكَتَه٠يÙصَلÙّوْنَ عَلىَ النَّبÙÙ‰ يآ اَيÙّهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا صَلÙّوْا عَلَيْه٠وَسَلÙّمÙوْا تَسْلÙيْمًا. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ صَلÙÙ‘ عَلَى سَيÙّدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠صَلَّى الله٠عَلَيْه٠وَسَلÙّمْ وَعَلَى آل٠سَيÙّدÙناَ Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى اَنْبÙيآئÙÙƒÙŽ وَرÙسÙÙ„ÙÙƒÙŽ وَمَلآئÙكَة٠اْلمÙقَرَّبÙيْنَ وَارْضَ اللّهÙÙ…ÙŽÙ‘ عَن٠اْلخÙÙ„ÙŽÙَاء٠الرَّاشÙدÙيْنَ اَبÙÙ‰ بَكْرÙوَعÙمَروَعÙثْمَان وَعَلÙÙ‰ وَعَنْ بَقÙيَّة٠الصَّØَابَة٠وَالتَّابÙعÙيْنَ وَتَابÙعÙÙŠ التَّابÙعÙيْنَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ بÙاÙØْسَان٠اÙلَىيَوْم٠الدÙّيْن٠وَارْضَ عَنَّا مَعَهÙمْ بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽ يَا اَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ
اَللهÙÙ…ÙŽÙ‘ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَاْلمÙؤْمÙنَات٠وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَاْلمÙسْلÙمَات٠اَلاَØْيآء٠مÙنْهÙمْ وَاْلاَمْوَات٠اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ اَعÙزَّ اْلاÙسْلاَمَ وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ°ÙÙ„ÙŽÙ‘ الشÙّرْكَ وَاْلمÙشْرÙÙƒÙيْنَ وَانْصÙرْ عÙبَادَكَ اْلمÙÙˆÙŽØÙّدÙيَّةَ وَانْصÙرْ مَنْ نَصَرَ الدÙّيْنَ وَاخْذÙلْ مَنْ خَذَلَ اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ دَمÙّرْ اَعْدَاءَالدÙّيْن٠وَاعْل٠كَلÙمَاتÙÙƒÙŽ اÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْمَ الدÙّيْنÙ. اللهÙÙ…ÙŽÙ‘ ادْÙَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزÙÙ„ÙŽ وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ وَسÙوْءَ اْلÙÙتْنَة٠وَاْلمÙØÙŽÙ†ÙŽ مَا ظَهَرَ Ù…Ùنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدÙنَا اÙنْدÙونÙيْسÙيَّا خآصَّةً وَسَائÙر٠اْلبÙلْدَان٠اْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمÙيْنَ. رَبَّنَا آتÙناَ ÙÙÙ‰ الدÙّنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙÙÙ‰ اْلآخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْÙÙسَنَاوَاÙنْ لَمْ تَغْÙÙرْ لَنَا وَتَرْØَمْنَا Ù„ÙŽÙ†ÙŽÙƒÙوْنَنَّ Ù…ÙÙ†ÙŽ اْلخَاسÙرÙيْنَ. عÙبَادَالله٠! اÙÙ†ÙŽÙ‘ اللهَ يَأْمÙرÙنَا بÙاْلعَدْل٠وَاْلاÙØْسَان٠وَإÙيْتآء٠ذÙÙ‰ اْلقÙرْبىَ وَيَنْهَى عَن٠اْلÙÙŽØْشآء٠وَاْلمÙنْكَر٠وَاْلبَغْي يَعÙظÙÙƒÙمْ لَعَلَّكÙمْ تَذَكَّرÙوْنَ وَاذْكÙرÙوااللهَ اْلعَظÙيْمَ يَذْكÙرْكÙمْ وَاشْكÙرÙوْه٠عَلىَ Ù†ÙعَمÙه٠يَزÙدْكÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽØ°Ùكْر٠الله٠اَكْبَرْ
Redaktur: Ulil Hadrawy