Khutbah

Khutbah Jumat: Ibadah Kurban dan Nilai Sosial Kemasyarakatan

Kamis, 29 Juni 2023 | 10:00 WIB

Khutbah Jumat: Ibadah Kurban dan Nilai Sosial Kemasyarakatan

Ilustrasi hewan kurban di Jalan Kramat Jaya Baru No. 7, Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Rabu (21/6/2023). (Foto: NU Online/Suwitno).

Materi khutbah Jumat ini memaparkan tentang pentingnya ibadah kurban dengan multi-hikmah di dalamnya yang bermanfaat bagi kehidupan. Sebagai ibadah yang memiliki nuansa dimensi vertikal kepada Sang Khalik, kurban juga merupakan ibadah yang mengandung dimensi horizontal terkait kehidupan sosial kemasyarakatan. Budaya berbagi dan bergotong-royong identik dalam pelaksanaan pemotongan hewan kurban harus kita jaga bagi kemaslahatan bersama.

 

Teks khutbah ini berjudul, “Khutbah Jumat: Ibadah Kurban dan Nilai Sosial Kemasyarakatan.” Untuk mencetak naskah khutbah ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

 

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam yang telah menciptakan bumi beserta isinya dan memberikan anugerah nikmat kepada seluruh makhluknya. Termasuk kita yang merupakan makhluk ciptaan-Nya, wajib senantiasa bersyukur atas anugerah ini dan terus mengagungkan Allah swt dalam setiap tarikan nafas kehidupan kita. Sekaligus terus melihat betapa Maha Besarnya Allah dengan segala ciptaan-Nya di dunia. Semuanya mengandung hikmah yang mendalam bagi kemaslahatan bersama. Allah telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an:

 

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

 

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

 

Selanjutnya pada kesempatan mulia ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah sebagai wujud syukur atas semua karunia ini. Tingkat ketakwaan bisa terlihat dari seberapa besar komitmen kita dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika kita masih saja tidak menjalankan perintah-Nya seperti meninggalkan ibadah, serta masih saja melakukan hal-hal yang dilarang seperti berbuat jahat, maka ketakwaan kita perlu dievaluasi dan kita harus segera kembali kepada jalan yang benar.

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Di antara wujud ketakwaan berupa mematuhi dan menjalankan perintah Allah adalah keikhlasan kita untuk melaksanakan ibadah kurban di Hari Raya Idul Adha. Berkurban adalah perintah Allah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad saw dan secara tegas disebutkan dalam Al-Qur’an:

 

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ 

 

Artinya: “(1). Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. (2).  Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). (3). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”

 

Dari ayat ini kita bisa memahami bahwa kurban merupakan ibadah yang memiliki dimensi vertikal yakni berhubungan dengan Allah swt. Dengan melaksanakan kurban, kita menyambungkan diri untuk mendekat kepada Allah. Hal ini sesuai juga dengan makna kata kurban itu sendiri yang secara etimologi/bahasa berasal dari bahasa Arab yakni: qariba yaqrabu qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat.

 

Selain Dimensi vertikal, ibadah kurban juga memiliki sisi lain yakni dimensi horizontal. Hal ini bisa kita lihat dari keikhlasan orang yang berkurban mengeluarkan rezekinya berupa harta untuk dibelanjakan membeli hewan dan kemudian disembelih untuk dibagikan dagingnya kepada orang lain. Ibadah ini tentu akan berdampak positif bagi kehidupan dan mampu menumbuhkan nilai-nilai moral seperti kepedulian, kebahagiaan, dan kebersamaan di antara individu dalam sebuah masyarakat.

 

Terlebih bagi mereka kaum fakir dan miskin yang membutuhkan uluran tangan dengan berbagi kegembiraan. Jika di Hari Raya Idul Fitri kita berbahagia dengan berbagi zakat fitrah, maka pada Idul Adha ini kita berbahagia bersama dengan berbagi daging kurban. Para fakir dan miskin harus diprioritaskan sebagaimana diingatkan oleh Allah:

 

لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ 

 

Artinya: “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS Al-Hajj: 28).

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Selain menumbuhkan nilai-nilai kebahagiaan dan kepedulian, ibadah kurban juga mampu menumbuhkan dampak positif pada sisi sosial kemasyarakatan. Bagaimana tidak? Bisa kita lihat bersama khususnya di Indonesia, ketika waktu penyembelihan hewan kurban tiba, masyarakat ramai-ramai membentuk kepanitiaan dan bersama-sama, bahu-membahu, saling membantu menangani dan mengelola hewan kurban. Tradisi kebersamaan ini harus terus dipupuk dan dipertahankan sekaligus diwariskan kepada anak cucu kita di tengah perubahan zaman yang mengarah kepada sikap individualistik akibat perkembangan ilmu dan teknologi.

 

Saat ini perlu kita maksimalkan kembali tradisi-tradisi berkumpul untuk merekatkan kembali hubungan sosial  antar individu masyarakat. Perlu adanya kesadaran kembali pentingnya berinteraksi secara fisik dan mental dengan sesama, bukan hanya hubungan secara virtual melalui media sosial. Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Setiap dari kita pasti membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupan, khususnya orang-orang yang ada dekat di sekitar kita.

 

Spirit kurban harus bisa menumbuhkan kebaikan dan kemaslahatan di lingkungan kita. Ibadah kurban harus mampu menjadi langkah kebaikan yang mampu dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Tidak boleh juga dilihat dari banyak atau sedikitnya daging kurban yang ada, namun harus dilihat juga dari pentingnya mengawali sebuah kebaikan. Rasulullah bersabda:

 

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ." أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ 

 

Artinya, “Dari Abu Dzar ra, beliau berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sungguh janganlah kamu memandang rendah suatu kebaikan pun, meski kamu sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (HR Muslim).

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Demikian khutbah singkat pada kesempatan kali ini, semoga bisa membawa pencerahan bagi kita semua. Semoga kurban yang kita laksanakan pada hari Raya Idul Adha tahun ini akan benar-benar mampu meningkatkan solidaritas dan soliditas sosial di lingkungan kita, sehingga mampu memunculkan kebahagiaan bagi seluruh masyarakat. Amin.

 

أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ . بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ 

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.