Internasional

Ramadhan, Bulan Taqarrub kepada Allah dan Manusia

Senin, 12 Juni 2017 | 20:12 WIB

Macau, NU Online
Napas saya masih tersengal-sengal seusai berjalan sekitar 500 meter dari penginapan menuju Majelis Ta'lim Indonesia Macau (MATIM). Perjalanan itu  masih harus ditambah dengan menaiki tangga sebanyak 4 lantai. Tidak ada lift di situ.

Saat pintu dibukakan, terlihat jamaah yang sedang membaca Al-Qur’an. Sebagian berdzikir. Ada juga sayup-sayup terdengar "Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul 'afwa fa'fu 'anna." Usai shalat sunnah, jamaah subuh pun melanjutkan mengikuti kuliah subuh.

Pagi itu Ahad 11 Juni, saya menyampaikan, bulan Ramadhan ialah bulan taqarrub. Taqarrub berasal dari asal kata yang berarti dekat. Upaya momentum pendekatan ini dilakukan untuk mendekatkan diri pada Allah (taqarrub ila Allah). Dan sesungguhnya di saat yang sama, upaya itu perlu selaras dengan pendekatan kepada sesama manusia (taqarrub ila al-nas).

Ini mengingatkan bahwa manusia (insan) berasal dari kata al-uns yang berarti harmoni dan lemah lembut. Dengan keharmonisan dan kelemahan lembutan manusia bisa saling berdekatan. Ini juga selaras dengan karakteristik ajaran Islam yang damai, ramah dan penuh kasih sayang. Bahkan Allah yang kita teladani bersifat Al-Latif, artinya Mang Maha Lembut.

Insan juga berasal dari kata nasiy yang berarti lupa. Oleh karenanya mendekatkan diri pada Allah dan sesama manusia menjadi penting karena niscayanya kealpaan dan kelupaan diri menyangkut pelaksanaan tugas manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini, serta sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan terkait.

Mendekatkan diri kepada Allah dan  kepada manusia ialah satu kesatuan. Nabi bersabda "Siapa yang tak pandai bersyukur pada manusia, ia dinilai tak pandai bersyukur pada Allah 'Azza wa Jalla." (HR. Imam Ahmad dan Al-Turmudzi).

Saya amat bersyukur kepada MATIM yang secara bergantian mengirim makanan untuk berbuka dan sahur, semoga Allah balas dengan kebaikan yang berlimpah Amin ya Rabb al-'alamin. Bahkan saya bisa request gado-gado.

"Ustadz mau gado-gado?" respon Bu Ana.

"Iya" jawab saya singkat.

Alhamdulillah keinginan saya mencicipi hidangan Nusantara itu terkabul, di sini sepanjang saya tengok tak ada orang Macau yang jual gado-gado.

Ramadhan ialah bulan untuk memperbanyak amal saleh. Ada yang berdimensi taqarrub ila Allah seperti bertobat, memperbanyak tilawah Al-Qur’an, shalat tarawih, i'tikaf. Namun di saat yang sama ada pula yang berdimensi taqarrub ila al-nas, misalnya ada kewajiban menunaikan zakat fitrah, anjuran memberi makan berbuka puasa, anjuran bersedekah.

Taqarrub ini bukan hanya terbatas pada bulan Ramadhan, karena ia bulan pendidikan (syahr al-tarbiyah). Maka bila selama Ramadhan kita dididik dengan berbagai nilai keislaman, kita harus menerapkan hasil didikan itu di luar bulan Ramadhan.

Masih banyak ajaran Islam yang bersentuhan dan dekat dengan sesama, seperti memberi salam kepada yang dikenal dan tak dikenal, membantu kerabat, memelihara anak yatim, menjenguk yang sakit, menghadiri undangan, memberi makanan pada tetangga.

Dalam Al-Shahihain, Allah berfirman dalam hadis Qudsi, "Apabila ia (seorang hamba) mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari."

Inilah karakter ajaran Islam yang bukan hanya bersifat Rabbani (bersifat Ketuhanan) namun juga insani (bersifat kemanusiaan). Semoga kita bisa menjadi pribadi yang dekat dengan sesama dan mendekatkan diri pada-Nya Amin ya Rabb al-'alamin. (Saepuloh, dai anggota Tim Inti Dakwah Internasional dan Media (TIDIM) LDNU yang ditugaskan ke Macau. Kegiatan ini bekerjasama dengan LAZISNU.






Terkait