NU Siap Jembatani Pengembalian Hubungan Baik RI-Rusia
Selasa, 19 Juni 2012 | 10:50 WIB
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus mengupayakan terciptanya Ukhuwah Insaniyah atau kerukunan sesama umat manusia, sebagai bagian dari tiga cita-cita KH Hasyim Asy'ari. NU saat ini tengah berupaya mengembalikan kemesraan Indonesia dan Rusia, setelah berakhirnya era perang dingin.
<>
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, mengatakan hubungan baik kedua negara seperti di zaman Pemerintahan Soekarno, sudah waktunya kembali dirajut demi kebaikan Indonesia di era globalisasi.
“Bukan karena apa-apa, tapi untuk membangun keseimbangan di era globalisasi. Kita harus berada di tengah-tengah atau akan terjebak di antara Barat dan Timur,” ungkap Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj usai lawatan selama enam hari di Rusia, Senin (17/6).
Bersama Ketua PBNU H Iqbal Sullam, Sekjen PBNU H Marsudi Syuhud, Bendahara PBNU Nasyirul Falah Amru, Ketua Muslimat NU Nurhayati Said Aqil, dan Bendahara Lajnah Ta'lif wan Nasyr (LTN PBNU) Muhammad Said Aqil, Kiai Said sebelumnya melakukan lawatan ke Rusia memenuhi undangan Mufti Rusia, Rowi Ainuddin. Rombongan baru kembali ke Tanah Air pada Sabtu 15 Juni 2012 malam.
Di Rusia rombongan PBNU diperkenalkan dengan komunitas muslim yang sudah berjumlah sekira 24 juta orang, serta mengunjungi peninggalan-peninggalan peradaban Islam.
Terkait hubungan bilateral Indonesia-Rusia, NU secara tegas menyatakan siap menjembatani ke arah yang lebih baik. Kiai Said menegaskan, kedua negara pernah menjalani masa bulan madu di Era Soekarno. Hubungan merenggang pascaperistiwa 30 September 1965, dan coba dicairkan kembali pada saat Duta Besar RI untuk Rusia dijabat oleh Hamid Awaludin.
“Senayan, Gelora Bung Karno, Monumen Nasional, dan Tugu Tani itu dibangun oleh Rusia,” ungkap Kiai Said.
Dalam lawatan selama hampir sepekan di Rusia, NU telah menjalin kerjasama di bidang pendidikan, ekonomi, seni, dan budaya. Dalam waktu dekat, delegasi Rusia juga akan membalas kunjungan ke Indonesia.
Kiai Said juga menegaskan hubungan baik Indonesia dan Rusia akan lebih banyak mendatangkan manfaat ketimbang mudharat-nya. “Ada 15 ribu pengusaha muslim di Rusia. Makanya, NU siap menjadi second line diplomacy Pemerintah Indonesia. Pak Djoko (Suyanto) sudah pernah ke sana, tinggal Pak SBY yang belum,” tandasnya.
Dalam catatan sejarah, Islam juga lebih dulu masuk ke Rusia ketimbang Kristen. Dijelaskan oleh Kiai Said, pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, ada tiga sahabat yang membawa ajaran Islam ke Rusia. Satu di antaranya bahkan meninggal dan dimakamkan di Rusia, sementaradua orang lainnya kembali ke Jazirah Arab.
Mayoritas muslim Rusia menganut faham sunni, yakni madzhab Maliki dan Maturidi serta thariqah Naqsyabandi, sehingga amaliyah-nya tidak banyak berbeda dengan umat Islam di Indonesia. Di sana juga telah berdiri universitas Islam dengan jumlah mahasiswa mencapai 200 orang.
“Orang Rusia sekarang lagi gandrung dengan Islam, sama seperti Turki. Kalau dakwah digalakkan pasti jumlah umat Islam di Rusia akan terus bertambah. Belasan anggota parlemen sudah memeluk Islam. Banyak juga pengusaha muslim di sana. Pemerintah di sana, meski komunis, namun memberikan kebebasan kepada umat Islam,” pungkas Kiai Said.
Redaktur : Emha Nabil Haroen
Kontributor : Samsul Hadi