NU Belanda Prihatin Menguatnya Intoleransi di Barat
Jumat, 3 Februari 2017 | 00:00 WIB
Belakangan ini ideologi populisme berbasis sentimen primordial kian menguat di berbagai penjuru dunia, termasuk di negara-negara dengan tradisi demokrasi dan hak-hak sipil yang kuat. Di benua Amerika Utara, tiga peristiwa penting yang baru-baru ini terjadi menggambarkan hal tersebut: kebijakan Presiden Trump mencegah warga negara dari tujuh negara Muslim masuk ke wilayah negara USA, pembakaran masjid di Texasm USA, dan penembakan membabi buta jamaah yang sedang shalat di sebuah masjid di Quebec, Kanada.
Seperti ditunjukkan oleh tiga peristiwa tersebut, populisme berbasis sentimen primordial telah berimbas pada menguatnya sikap intoleransi pada kelompok minoritas dan tindakan permusuhan terhadap para migran. Sayangnya, gejala semacam ini sekarang juga mulai merebak di Tanah Air.
Fenomena semacam di atas menjadi keprihatinan dan bahan refleksi dalam tasyakuran peringatan Harlah Nahdlatul Ulama ke-91 yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Belanda belum lama (30/01). Acara ini berlangsung di kediaman KH Ade Syihabuddin, Syuriah PCINU Belanda di Den Haag, Belanda. Hadir dalam acara ini jajaran PCINU Belanda, warga Nahdliyin maupun para pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi lanjut di Belanda.
“Kami sangat menyesalkan aksi intoleran dan kekerasan yang bermotif sentimen primordialisme di berbagai belahan dunia. PCINU Belanda menyikapi serius kejadian semacam ini. Untuk itu, kami kini sedang merancang kegiatan untuk mempromosikan Islam Nusantara sebagai Islam yang moderat di Indonesia,” kata M. Shohibuddin, Katib Syuriyah PCINU Belanda.
“Pada saat yang sama, kami juga menyadari bahwa gejala yang sama sekarang juga merebak di Tanah Air. Hal ini tentu harus menjadi bahan refleksi dan pemikiran-ulang bagi umat Islam di Indonesia, khususnya kalangan Nahdliyin,” jelasnya lebih lanjut.
Dalam kesempatan yang sama, Fachrizal Afandi, Ketua Tanfidziyah PCINU Belanda menyatakan tugas PCINU sebagai duta NU di luar negeri semakin berat dan menantang. Untuk itu, pelaksanaan Konferensi Cabang (Konfercab) PCINU Belanda yang kedua pada Maret 2017 mendatang akan dijadikan momentum untuk mempromosikan Islam Nusantara ke publik Barat.
“Islam Nusantara harus dipromosikan sebagai sumbangan Muslim Indonesia kepada tatanan dunia yang lebih damai dan harmonis. Islam Nusantara harus menjadi bagian dari diplomasi budaya Indonesia dalam rangka menghilangkan Islamophobia di Dunia Barat,” kata kandidat Doktor di Leiden University ini menambahkan. (Red: Mahbib)