Internasional

Meniru Demonstrasi Bersih ala Bangkok

Kamis, 12 Desember 2013 | 22:08 WIB

Bangkok, NU Online
Kelas menengah urban Thailand, muak dengan sepak terjang klan Shinawatra di kancah politik, turun ke jalanan ibukota Bangkok untuk menuntut pembubaran pemerintah. Gonjang-ganjing politik terus menggoyang Negeri Gajah Putih dalam tujuh tahun terakhir. Namun sejumlah pihak melihat ada yang berbeda dalam demonstrasi akhir tahun ini.
<>
Dengarlah kisah Amnouy Numpol, salah seorang warga Bangkok. Ia sehari-hari bekerja sebagai kepala staf kebersihan di salah satu gedung pemerintah. Amnouy, yang sudah menyaksikan berkali-kali unjuk rasa, merasa demonstrasi terakhirlah yang menjadi favoritnya.

Alasan Amnouy sederhana. Bagi Amnouy, unjuk rasa kali ini lebih bersih, demikian dilaporkan oleh wall street journal.

“[Kelompok pengunjuk rasa] mengajak unit kebersihan. Mereka berjalan dengan tas hitam yang besar untuk memungut sampah,” ujarnya. “Mereka bahkan membantu kami merawat kamar mandi.”

Hingga Senin pagi, kompleks perkantoran pemerintah di utara Bangkok—rumah bagi lembaga pemerintah serta kementerian—menjadi satu dari tiga pusat demonstrasi. Tuntutan mereka masih sama: mendesak Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra mundur dari takhta. Tak tanggung-tanggung, ribuan demonstran mendirikan tenda di halaman perkantoran. Beberapa lainnya tidur di lobi gedung.

Hari itu, lebih dari 150 ribu pengunjuk rasa turun  ke jalan. Mereka kembali berdemonstrasi meski Yingluck membubarkan Parlemen serta mendesak gelaran pemilihan umum—upaya sang PM guna menenangkan demonstran antipemerintah.

Demonstran berkumpul di Gedung Pemerintah, kantor utama Yingluck di kota lama Bangkok. Bagi tim kebersihan gedung, keberadaan ratusan ribu pengunjuk rasa bagaikan mimpi buruk.

Demonstran, tentu saja, membutuhkan air dan makanan. Apa yang mereka santap dan tenggak menyisakan sampah atau tumpahan. Lalu, tergeletaklah peluit, bendera, serta atribut lain. Perlengkapan itu teronggok karena sengaja ditinggalkan, atau terinjak kaki-kaki: suatu kekacauan monumental.

Namun unjuk rasa kali ini terasa berbeda, ditandai oleh suasana kelas menengah. Seperti dikisahkan Amnouy, kelompok demonstran adalah orang-orang yang “benar-benar bersih.”

Banyak yang menjinjing tas imitasi Louis Vuitton ditambah sepatu kets bermerek. Banyak di antaranya yang mengambil potret diri sendiri lewat kamera ponsel kala demonstrasi. Tak pelak, kelakuan demonstran pun menjadi bulan-bulanan di media sosial.

Beberapa demonstran, dengan rambut tertata sempurna, bahkan terlihat menghirup aroma kopi latte Starbucks, kala bergabung dengan kelompok lain di pusat Bangkok.

Amnouy berkisah ia sempat melihat beberapa aktor dan aktris Thailand, juga para sosialita dalam demonstrasi pekan lalu. Syukurlah, mereka tak menyepelekan tim pembersih. Para “superstar” ini, seperti kata Amnouy, membantu menjaga area demonstrasi tetap rapi.

“Pekerjaan kami semakin banyak ketika menghadapi protes seperti ini,” paparnya. “Namun, kali ini tak terlalu berat, karena [demonstran] membantu kami.”

Tingkat kebersihan unjuk rasa tahun ini menggarisbawahi perbedaan mencolok antara demonstran oposisi dan Kaus Merah. Oposisi yang menentang Yingluck serta kakaknya, Thaksin Shinawatra, didominasi kelas menengah. Sedangkan Kaus Merah, yang mendukung naiknya Yingluck sebagai PM pada 2011, berasal dari kelompok lebih miskin.

Tiga tahun silam, saat Kaus Merah memprotes pemerintahan PM Thailand saat itu, Abhisit Vejjajiva, demonstrasi menyulut kekerasan di jalanan Bangkok. Polisi dan militer bentrok dengan pengunjuk rasa, memicu kematian sedikitnya 90 orang. (mukafi niam)

Foto: Press TV


Terkait