Bait-bait mars Fatayat NU bergema di gedung Leader's Dancer Shuengwan Hongkong, China, pada acara pengajian akbar dan dzikir senandung munajat pada Ahad siang (6/1) lalu. Kegiatan tersebut digelar atas nama Jamaah Al-Ikhlas Mujahidah bekerjasama dengan 3G.<>
Fatayat Nahdlatul Ulama
Teladan pemudi utama
Berguna bagi nusa bangsa
Menjunjung tinggi agama
Fatayat Nahdlatul Ulama
Wanita berpribadi luhur
Setia trampil dan jujur
Nuju masyarakat adil makmur
Mars Fatayat NU dikumandangkan karena penggerak-penggerak majelis itu adalah aktivis Fatayat NU, baik ketika di tanah air dan dikembangkan di Hongkong melalui Fatayat NU Imroatu Zahro (Imza).
Buah karya H Mahbub Djunaidi tersebut dinyanyikan 21 anggota Fatayat dengan tujuan memperkenalkan kepada hadirin bahwa di Hongkong ada rintisan PCINU yang diprakarsai Fatayat dan Muslimat.
Tidak ada yang komplain mars tersebut dinyanyikan karena kebanyakan hadirin yang berprofesi sebagai buruh migran Indonesia (BMI) di Hongkong adalah warga NU.
“Mereka juga termasuk Fatayat dan anggota rintisan PCINU juga, sehingga mars dimasukkan dalam acara. Pada bulan Februari nanti baru Fatayat akan membuat acara khusus,” jelas Umi Muawanah, salah seorang penggerak Fatayat Hongkong, Senin (7/1) melalui surat elektronik.
Pengajian akbar dan dzikir dipimpin KH Imam Hanbali, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Aliya dan Majelis Dzikir Rahmatal Lil'alamin Surabaya serta pengasuh 3G. Sementara pelantun senandung shalawat adalah Abdul Mu'id dari Çepu, Jawa Tengah.
Imam Hanbali, dalam tausiyahnya mengatakan kegiatan semacam itu bisa menambah syiar dan istiqomah. Ia juga mengatakan membaca shalawat dan senandung munajat adalah dzikir, dan do'a termasuk Istighotsah.
Dan istighotsah boleh sebisanya. Misal bisanya "Laahaula wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adziim", ya membaca itu saja, yang penting istiqomah dan yaqin, pasti akan diqobulkan hajatnya.
Kegiatan yang berlangsung digedung berkapasitas 700 orang tersebut, diikuti sekitar 500 orang buruh migran Indonesia (BMI) yang bekerja di Hongkong.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Penulis : Abdullah Alawi