Lebih dari 2.600 Rumah di Kawasan Mayoritas Rohingya Dibakar
Ahad, 3 September 2017 | 09:10 WIB
Pemerintah Myanmar melaporkan, lebih dari 2.600 rumah dibakar oleh tentara di wilayah mayoritas Rohingya di barat laut Myanmar pada pekan lalu, kata Reuters, Sabtu (2/9).
Sementara itu, sekitar 58.600 penduduk Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh, menurut badan pengungsi milik PBB, UNHCR. Para relawan UNHCR tengah mengerahkan bantuan bagi mereka.
Pejabat Myanmar menyalahkan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) atas pembakaran rumah-rumah tersebut. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan terkoordinasi terhadap pos keamanan pekan lalu yang memicu bentrokan dan serangan balik militer secara besar-besaran.
Seperti diberitakan sejumlah media, serangan mematikan yang dilancarkan gerilyawan Rohingya pada pos-pos keamanan di perbatasan di Rakhine, Myanmar utara, pekan lalu telah memakan puluhan korban jiwa, termasuk aparat milter.
Namun warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan, sebuah kampanye pembakaran dan pembunuhan sengaja dilakukan oleh tentara Myanmar untuk memaksa mereka keluar.
Tragedi kemanusiaan yang menimpa 1,1 juta etnis Rohingya menjadi tantangan terbesar bagi pemimpin tertinggi Myanmar, Aung San Suu Kyi. Para kritikus Barat mengecam peraih nobel perdamiana itu karena terkesan membiarkan penindasan terhadap etnis beragama mayoritas Muslim itu.
"Aung San Suu Kyi benar-benar dianggap sebagai salah satu tokoh paling menginspirasi di zaman ini, namun perlakuan terhadap Rohingya, sayangnya, mengotori reputasi Burma," kata Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson dalam sebuah pernyataan.
Bentrokan dan aksi militer telah menewaskan hampir 400 orang dan lebih dari 11.700 warga non-Muslim dievakuasi dari daerah tersebut. (Red: Mahbib)