Jakarta, NU Online
Pada hari pertama itu, Mary tersenyum dan berpura-pura memahami kata-kata suami sang majikan yang berbicara Kanton dengan cepat. Pria itu merogoh tas Mary, dan membolak-balik pembalut miliknya—ia merasa malu. Telepon selulernya disita. Sejumlah majikan di Hong Kong melakukan itu demi mencegah para pembantu rumah tangga memakai ponsel saat jam kerja.
<>
Mencuci adalah pekerjaan utama Mary. Cucian ia gantung pada tiang di atas sebuah sofa ruang depan agar terkena embusan kipas angin. Selain itu, ia pun harus merapikan ranjang dan membersihkan perabot. Jam kerjanya: 9 pagi hingga tengah malam, enam hari sepekan. Di Hong Kong, para majikan bebas menentukan jam kerja.
Mary juga mengurusi mertua sang majikan.
Ia tidak berkeberatan untuk bekerja pada Ahad, dua pekan pertama masa kerjanya, demi mendapatkan uang lebih yang akan ia kirimkan ke kampung halaman. Demikian laporan yang dikeluarkan oleh Wall Street Journal.
Pada malam ketika Mary bangun seraya terkejut, ia melihat Suk Suk berdiri di sebelah ranjangnya, tuturnya. Mary panik dan bingung, lalu menggeledah kasur. Ia mulai berpikir: Apakah Suk Suk menaruh gelang di kasurnya, supaya ia dikira pencuri? Apakah ia akan kehilangan pekerjaan, atau tangannya, seperti kasus di Arab Saudi yang pernah didengarnya?
Esok paginya, Mary memutuskan untuk diam. Ia menghindari Suk Suk, berharap kejadian malam lalu hanya tak akan terulang. Tetap saja, sulit menghindar di apartemen yang kecil. Tak lama, Suk Suk pun memburunya.
Suatu hari Mary tengah membersihkan dapur. Tiba-tiba, kata Mary, Suk Suk datang dan mendorongnya ke pojokan. Ia membuka celana panjang berikut celana dalamnya sendiri, lalu merampas tangan Mary. Suk Suk memaksa Mary menyentuh tubuhnya.
Dalam keputusasaan, Mary meminta agen tenaga kerja memberikan pekerjaan baru bagi dirinya. Agen meminta Mary memberikan bukti kekerasan seksual terhadap dirinya, jika ingin berpindah majikan. Hanya ada satu cara melakukan itu, kata agen: kumpulkan bukti dalam botol plastik, jika Suk Suk menyerang lagi.
Mary setuju. Ia kembali ke rumah Madam. Sepenggal waktu kemudian, Suk Suk kembali melecehkan Mary. Ia memaksa Mary melakukan seks oral atas dirinya. Mary yang begitu jijik segera membasuh badan, sebelum menyadari bahwa ia sudah melenyapkan bukti.
Dua pekan berikutnya, Suk Suk memerkosa Mary di dalam ruang cuci. Sesudah itu, Mary pura-pura membersihkan tangan di depan keran. Namun ia menangkupkan sebelah tangannya. Mary menyelinap keluar dari kamar mandi, mencapai laci di tepi ranjang, dan lekas mengambil botol plastik yang disembunyikan. Dicengkeram ketakutan, ia memasukkan barang bukti dari tangannya ke dalam botol.
Mary mendengar suara Suk Suk pergi. Cepat-cepat ia menghambur ke agen tenaga kerja. Botol berisi bukti berada dalam ranselnya. Agen membawanya ke kantor polisi. Dalam hitungan jam, ia sudah berada di meja pemeriksaan medis. Pakaian Mary dikumpulkan sebagai barang bukti. Sampel diambil dari tubuhnya untuk mendeteksi DNA; indikasi adanya kontak seksual.
Dalam dua video wawancara di hadapan polisi, Suk Suk bersikeras tak sekali pun menyerang Mary, berdasarkan dokumen pengadilan banding. Sebaliknya, ia mengaku dua kali Mary mengawali kontak seksual dengannya. Kala proses pelaporan kekerasan seksual pertama Mary, agen memberi tahu keputusan Madam. Isinya, Madam memberikan waktu 30 hari supaya Mary keluar dari rumah. Ia dipecat. (mukafi niam)