Tarim-Yaman, NU Online
Karakter asli masyarakat Indonesia adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan budaya lokal dan menghargai perbedaan. Masyarakat Indonesia tidak mengenal istilah takfirisme atau paham yang gampang mengafirkan orang di luar kelompoknya.<>
Demikian disampaikan Habib Hamid Jakfar Al-Qadri dalam acara peringatan Hari Pendidikan Nasional dan menyambut Hari Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Wilayah Hadramaut Persatuan Pelajar Indonesia di Yaman (DPWH PPI Yaman), di Convention Hall Universitas Al-Ahgaff, Selasa (30/4) lalu.
Tokoh muda kelahiran Bangkalan Madura itu menyangkan, kini budaya asli Indonesia sudah mulai tergeser oleh paham-paham impor atau ideologi transnasional yang diliputi dengan semangat permusuhan, pertikaian dan pertumpahan darah.
Menurutnya, saat ini dibutuhkan kembali sifat bijak dalam menyikapi realitas perbedaan. Dan sifat inilah yang selama ini telah berkembang di Indonesia.
Habib Hamid Jakfar Al-Qadri sendiri menulis buku yang berjudul “Bijak Menyikapi Perbedaan Pendapat”. Buku ini merupakan sebuah riset terhadap pemikian Al-Habib Umar bin Hafizh dalam membina ukhuwah dan membangun dialog.
Menanggapi pertanyaan seputar pencegahan kemungkaran dengan cara yang mungkar (taghyîrul munkar bil munkar), semisal dengan kekerasan, pembakaran dan pengusiran, habib Hamid Al-Qadri menegaskan bahwa hal itu tidak dapat dibenarkan sama sekali. Sembari mengutip fatwa Al-Habib Umar, bahwa cara menyikapi aliran yang menyimpang dari Islam itu hanya ada dua.
“Pertama, tugas kita hanya menyampaikan (fa'alainâl balâgh) kepada mereka pemahaman yang benar. Dan kedua, melindungi diri, keluarga, dan jamaah kita dari aliran dan pemahaman yang menyimpang dari ajaran Islam yang sesungguhnya,” katanya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Amaluddin (Mahasiswa Universitas Al-Ahgaff, Hadramaut)