Internasional

Jihadis Perempuan Inggris Jalankan Rumah Bordir ISIS

Selasa, 16 September 2014 | 21:01 WIB

Jakarta, NU Online
Rincian mengejutkan muncul dari jihadis perempuan Inggris yang memaksa perempuan Irak yang tertangkap untuk menjadi budak seks di rumah bordil yang dijalankan oleh militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), media Inggris melaporkan Kamis. 
<>
Rumah bordir tersebut dioperasikan oleh "pasukan polisi” perempuan yang disebut Brigade al-Khanssaa, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan militan ISIS, menurut Daily Mirror

Ribuan perempuan Irak telah dipaksa menjadi budak seks di rumah bordil, sebanyak 3.000 perempuan dan anak perempuan diculik dari suku Yazidi di Irak selama serangan militan di seluruh wilayah tersebut, menurut harian itu. 

"Para wanita ini menggunakan interpretasi barbar agama Islam untuk membenarkan tindakan mereka," Mirror mengutip sumber yang mengatakan. "Mereka percaya militan dapat menggunakan wanita-wanita tersebut sesuka mereka karena mereka adalah non-Muslim. Ini adalah wanita Inggris yang telah naik ke puncak polisi Syariah Negara Islam, dan sekarang mereka bertanggung jawab atas operasi ini. "

Pimpinan ISIS dilaporkan telah memberikan wanita Inggris tersebut peran terkemuka diantara milisi perempuan karena mereka melihatnya sebagai pejuang asing paling berkomitmen. 

Seorang tokoh kunci di antara kepolisian perempuan adalah Aqsa Mahmood, 20, dari Glasgow. Setidaknya tiga perempuan Inggris lainnya telah diidentifikasi sebagai anggota kelompok, Mirror melaporkan. 

“Al-Khanssaa adalah brigade polisi hukum Syariah. Ini adalah penegakan hukum perempuan ISIS," kata Melanie Smith, peneliti di King's College's International Centre untuk studi radikalisasi, kepada The Sunday Telegraph. "Kami pikir itu campuran Inggris dan Perancis tapi akun sosial medianya dijalankan oleh orang Inggris dan mereka ditulis dalam bahasa Inggris." 

The Daily Mail, sementara itu melaporkan bahwa semakin banyak perempuan muda Inggris yang meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan militan dan banyak diantaranya telah membentuk persahabatan yang intens dengan pejuang ISIS. 

Mereka termasuk si kembar Salma dan Zahra Halane, 16, dari Manchester, dan Khadijah Dare, 22, yang menikah dengan seorang militan Swedia. 

"Ini adalah keganjilan yang menyesatkan," Mirror mengutip sumber yang mengatakan. 

Para ahli mengatakan ISIS menargetkan perempuan untuk rekrutmen, dan para pejuang didorong menikahi wanita Inggris dan Eropa. 

Akademisi dan pakar Timur Tengah Haleh Esfandiari dalam blognya untuk Wall Street Journal mengatakan bahwa ISIS menawarkan perempuan dan anak perempuan yang ditangkap sebagai "hadiah" untuk pengikutnya. 

"Untuk orang-orang ISIS, perempuan merupakan ras inferior, untuk dinikmati sebagai seks dan dibuang, atau untuk dijual sebagai budak." (al arabiya.net/mukafi niam)


Terkait