Internasional

Jalur Kereta Api Hejaz dan Upaya Menyatukan Dunia Islam

Kamis, 2 Agustus 2018 | 13:00 WIB

Jalur Kereta Api Hejaz dan Upaya Menyatukan Dunia Islam

Foto: Amanda Ruggeri/bbc

Damaskus, NU Online
Pada 1900, Sultan Kekaisaran Turki Usmani Abdul Hamid II memerintahkan untuk membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan Damaskus ke Madinah. Tujuannya adalah untuk memudahkan jamaah haji. Sebelum ada jalur kereta ini, masyarakat Muslim menghabiskan waktu hingga 40 hari untuk sampai ke Madinah. Namun setelah ada jalur kereta ini, perjalanan hanya menjadi lima hari.

Selain itu, jalur kereta api Hejaz juga dimaksudkan untuk menyatukan dunia Islam pada saat itu. Bagi Sultan Abdul Hamid II, menyatukan dunia Islam tidak hanya pada tataran ibadah dan ritual, tapi juga infrastruktur yang memiliki manfaat praktis bagi masyarakat Muslim. Proyek yang digagas sang sultan ini dikenal dengan nama jalur kereta api Hejaz. 

Pada tahun 1908, jalur kereta api Hejaz diresmikan. Jalur kereta api ini melintasi lima negara, yakni Turki, Suriah, Yordania, Israel, dan Arab Saudi. Kereta yang melintasi jalur kereta api Hejaz mampu mengangkut hingga 300 ribu penumpang pada tahun 1914. 

Namun sayang, masa keemasan jalur kereta api Hejaz ini hanya berlangsung selama satu dekade saja. Karena pada Perang Dunia I, Turki Usmani -yang notabennya menjadi penguasa dunia Islam pada saat itu- menggunakan jalur Hejaz untuk kepentingan militernya. 

Kekalahan Turki Usmani di Perang Dunia I membuat nasib jalur kereta api Hejaz menjadi suram. Inggris dan Perancis –yang menjadi pihak pemenang- mengambil alih wilayah-wilayah kekuasaan Turki Usmani seperti Suriah dan sekitarnya. Tidak hanya itu, TE Lawrence, seorang perwira Inggris, bersama para pemberontak Arab berhasil memporak-porandakan jalur kereta api Hejaz itu. 

Pimpinan jalur kereta api Jordan Hejaz, Azmi Nalshik, mengungkapkan kalau proyek jalur kereta api Hejaz itu murni menggunakan uang sedekah umat Islam di seluruh dunia yang diambil dari pajak Kekaisaran Turki Usmani. Tidak ada investasi asing.

“Semua Muslim di dunia - bahkan dari Indonesia atau Malaysia - dapat mengklaim 'Saya punya saham di sini',” kata Nalshik, dilansir laman bbc.

Oleh karenanya, lanjut Nalshik, jalur kereta api Hejaz itu tidak bisa dijual karena itu merupakan wakaf umat Islam di seluruh dunia, bukan milik perorangan atau negara tertentu. Sama seperti masjid misalnya. 

Pada 2015 lalu, Arab Saudi mengusulkan agar UNESCO mencatat jalur kereta api Hejaz sebagai salah satu warisan dunia. (Red: Muchlishon)


Terkait