Internasional

Israel Tahan Penyair Palestina karena Unggah Puisi di Medsos

Rabu, 1 Agustus 2018 | 10:00 WIB

Israel Tahan Penyair Palestina karena Unggah Puisi di Medsos

Foto:FREEDAREENTATOUR.ORG

Tel Aviv, NU Online
Pengadilan Israel memutus bersalah Dareen Tatour (36), seorang penyair Palestina, karena telah mengunggah sebuah puisi di media sosial. Usai menjalani tiga tahun tahanan rumah, Pengadilan Distrik Nazaret menghukum Tatour dengan kurungan penjara lima bulan dengan tuduhan menghasut terorisme untuk negara zionis.

Salah satu penggalan bait puisi Tatour berbunyi “Lawan, bangsaku, lawan mereka. Lawan perampok pemukim, dan ikuti kafilah para martir. Demikian seperti dilaporkan Aljazeera, Rabu (1/8).  

Tatour membacakan puisi tersebut dan merekamnya sebelum mengunggahnya ke media sosial. Dalam videonya juga disertakan rekaman warga Palestina yang sedang berunjuk rasa di hadapan pasukan Israel. 

Setelah Tatour mengunggah video pembacaan puisi itu, otoritas Israel langsung menahan Tatour pada 2015 silam. Tuduhannya, Tatour dianggap menghasut warga Palestina untuk melakukan kekerasan terhadap warga Israel.

Tatour menyangkal semua tuduhan otoritas Israel yang dialamatkan kepadanya. Menurutnya, puisi yang ditulisnya telah disalahpahami. 

“Mereka tidak mengerti puisi saya. Tidak ada seruan untuk melakukan kekerasan. Ada perjuangan, mereka menjadikannya kekerasan,” katanya saat diwawancarai Reuters tahun lalu.

Pengacara Tatour, Gaby Lasky sangat menyayangkan apa yang dilakukan Israel terhadap kliennya. Menurutnya, sebagai negara yang menganut demokrasi tidak seharusnya Israel memenjarakan seorang penyair karena puisi yang ditulisnya.

“Saya tidak berpikir bahwa menulis puisi, meskipun itu bertentangan dengan pemerintah adalah kejahatan,” kata Lasky.

Rencananya, Lasky akan mengajukan banding atas putusan dan hukuman yang dijatuhkan Pengadilan Distrik Nazaret untuk kliennya itu.

Kebebasan berbicara

Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengecam otoritas Israel karena telah memenjarakan Tatour. Menurutnya, apa yang dilakukan Tatour adalah bentuk kebebasan berbicara. 

“Namun Israel menuding penyair menghasut, sementara pendudukan adalah bentuk terburuk dari hasutan," katanya salah satu anggota PLO, Hanan Ashrawi, dikutip dari kantor berita Palestina WAFA.

"Israel dengan cepat menjadi pemerintah yang otokratis dan menindas serta mempraktikkan diskriminasi terang-terangan terhadap warganya sendiri,” tambahnya. (Red: Muchlishon)


Terkait