Istanbul, NU Online
Kasus hilangnya Jamal Khashoggi (59) di Kedutaan Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu memasuki babak baru. Sebelumnya otoritas Saudi terkesan ‘irit bicara’ soal kasus Jamal Khashoggi ini. Namun kali ini Saudi berupaya menanggapi berbagai tudingan yang mengarah kepadanya.
Menteri Dalam Negeri Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Naif bin Abdulaziz, membantah secara tegas bahwa Jamal Khashoggi dibunuh atas perintah ‘pimpinan Saudi’ di dalam gedung Konsulat. Baginya, tuduhan tersebut adalah sebuah hal yang tidak benar dan tidak berdasar. Demikian kata Pangeran Abdulaziz bin Saud sebagaimana diberitakan kantor berita Saudi, SPA, Sabtu (13/10).
Selain itu, pihak Saudi juga terlihat ‘lebih serius’ mengungkap apa yang sebetulnya terjadi kepada Jamal Khashoggi. Pada Ahad, (14/10), Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dilaporkan menelepon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membahas kasus hilangnya Jamal Khashoggi.
Diberitakan kantor berita kantor berita Anadolu Agency, Senin (15/10), dalam percakapan telepon tersebut kedua pemimpin negara itu membicarakan tentang pembentukan tim gabungan Turki dan Saudi untuk mengungkap kasus hilangnya Jamal Khashoggi.
Sementara kantor berita Saudi, SPA, memberitakan bahwa Raja Salman mengucapkan terima kasih kepada Presiden Erdogan karena telah menyambut baik pembentukan tim gabungan. Raja Salman juga menekankan untuk menjaga hubungan baik Saudi dan Turki. Atas hal itu, Presiden Erdogan menyampaikan apresiasinya kepada Raja Salman.
Tidak hanya itu, Raja Salman juga memerintahkan jaksa penuntut umum untuk mengungkap kasus hilangnya Jamal Khashoggi secara tuntas.
"Raja (Salman) memerintahkan Jaksa Umum untuk membuka sebuah penyelidikan internal terhadap persoalan Kashoggi berdasarkan informasi dari tim gabungan di Istanbul," kata salah seorang pejabat Saudi, dikutip dari laman Reuters, Senin (15/10).
Jenazahnya dilarutkan dengan zat asam
Hilangnya Jamal Khashoggi memunculkan banyak spekulasi. Pihak Saudi menyebut kalau Jamal Khashoggi sudah meninggalkan Konsulat beberapa jam setelah masuk. Pihak Turki mengklaim bahwa Jamal dibunuh di dalam gedung dan mayatnya dipotong-potong. Terbaru ada spekulasi bahwa Jamal Khashoggi dibunuh dan jenazahnya ‘dilarutkan’ dengan zat asam. Tuduhan ini dibeberkan oleh seorang kolumnis media lokal Turki, Haberutk, Svilay Yilman.
Yilman menuturkan bahwa saat ini otoritas Turki tengah menyelidiki tuduhan tersebut –Jamal dibunuh dan jenazahnya dilarutkan- secara serius.
"Mereka memeriksa apakah jenazah Khashoggi dilarutkan dengan zat asam," kata Yilman, sebagaimana dilansir media lokal Turki, Hurriyet Daily News, Senin (15/10).
Menolak sanksi
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, Saudi akan dikenai sanksi berat apabila Jamal Khashoggi terbukti terbunuh di Konsulat Saudi di Istanbul. AS mendesak Saudi untuk mengungkap apa yang sebetulnya terjadi kepada Jamal Khashoggi.
“Kita akan menyelidiki sampai ke akar dan akan ada hukuman berat,” kata Trump seperti dilansir CNBC International, Ahad (14/10).
Tidak hanya AS, sejumlah negara Eropa seperti Inggris, Jerman, dan Prancis juga mendesak Saudi untuk memberikan keterangan yang jelas dan detil perihal kasus hilangnya Jamal Khashoggi.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Jeremy Hunt, Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian, dan Menlu Jerman Heiko Maas mengemukakan bahwa proses penyelidikan harus terus dilakukan sampai Jamal Khashoggi ditemukan.
“Dalam semangat ini, pencarian harus diteruskan terhadap hilangnya jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, yang keluarganya kehilangan kontak sejak 2 Oktober,” kata para menlu tersebut, dilansir Anadolu.
Merespons ancaman sanksi tersebut terkait hilangnya Jamal Khashoggi, Saudi menyatakan akan membalas setiap ancaman dan sanksi yang dialamatkan kepada mereka.
“Kerajaan menyatakan penolakan total terhadap setiap ancaman dan upaya untuk melemahkannya baik lewat ancaman sanksi ekonomi, tekanan politik atau mengulangi tuduhan palsu,” demikian pernyataan seorang pejabat tinggi Saudi yang tidak diungkap identitasnya, dilansir kantor berita Saudi, SPA, Ahad (14/10).
“Kerajaan juga menegaskan bahwa jika menerima tindakan apa pun, akan meresponsnya dengan tindakan yang lebih besar dan bahwa ekonomi Kerajaan memiliki peran yang berpengaruh dan vital dalam ekonomi global," tambahnya. (Red: Muchlishon)