Daerah

Tradisi Nusantara Tidak Langgar Aturan Agama

Sabtu, 19 Mei 2018 | 04:30 WIB

Tradisi Nusantara Tidak Langgar Aturan Agama

Ustadz Sayyidi Al-Manaf atau yang akrab disapa Da’i Jubah Ireng

Bekasi, NU Online
Bulan suci Ramadhan merupakan tamu agung bagi seluruh umat Islam di muka bumi. Kedatangannya banyak disambut dengan kegembiraan dan sukacita. Salah satunya dengan banyak tradisi di berbagai tempat atau wilayah di Indonesia. 

Hal tersebut diungkapkan Pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Bekasi Ustadz Sayyidi Al-Manaf atau yang akrab disapa Da'i Jubah Ireng, kepada NU Online, Jumat (18/5).

"Tradisi-tradisi itu misalnya mandi keramas, munggahan, dan sungkeman. Dulu, di Jatiasih Bekasi, ada istilah atau tradisi keramas sehari sebelum puasa dengan menggunakan merang (tangkai padi yang sudah kering) bakar," katanya. 

Ketua Pimpinan Padepokan Jubah Ireng (PJI) Kota Bekasi ini mengatakan bahwa kebiasaan tersebut mengandung makna bahwa bukan hanya pembersihan jasmani, terapi juga rohani. Tujuannya agar puasa lebih khusyu' dan tenang. 

"Kemudian munggahan, yaitu persiapan saat sehari sebelum puasa, orang-orang ke pasar untuk berbelanja sebagai persiapan masak sahur. Atau juga untuk dibawa dan diberikan kepada orangtua, guru, dan tetangga dekat," kata ustadz yang berpakaian serba hitam dan berambut gondrong ini.

Sementara sungkeman, lanjut Jubah Ireng, adalah tradisi saling meminta maaf atas segala khilaf dan salah kepada orang tua, guru, teman, sahabat, tetangga, dan kerabat. 

"Tapi sering perkembangan zaman yang sudah canggih, ucapan maaf dan silaturrahmi bisa dilakukan melalui media sosial," terangnya. 

Murid KH Syarif Rahmat di Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka) ini menuturkan bahwa tradisi-tradisi yang baik itu bukan hanya sekadar karangan manusia belaka. Akan tetapi juga merupakan tradisi turun-temudun dari orang tua, guru, dan sesepuh. 

"Semua itu sungguh tidak melanggar ajaran agama. Tetapi justru mengikuti anjuran agama karena di dalamnya terkandung makna silaturrahmi, sedekah, saling menghormati, dan tolong menolong," terangnya. 

Ia mengimbau kepada umat Islam, terutama warga NU, agar jangan sampai meninggalkan tradisi nusantara yang sudah baik dan melekat di kehidupan masyarakat Bumi Pertiwi itu.

"Kebiasaan yang sangat mulia itu menjadi ciri dari budaya bangsa kita yang merakyat dan bersahaja," pungkasnya. (Aru Elgete/Muiz)


Terkait