Daerah

Tips Paling Jitu Bisa Menulis adalah Menulis

Senin, 21 Maret 2016 | 07:00 WIB

Tips Paling Jitu Bisa Menulis adalah Menulis

A Afif Amrullah Sekretaris Madrasah Jurnalistik PW LTNNU Jatim menyampaikan materi menejemen redaksional.

Surabaya, NU Online
Untuk dapat menulis dengan baik dan lancar, tips paling jitu adalah menulis itu sendiri. Hal ini dikatakan oleh Sururi Arumbani, Ahad (20/3). Wakil Ketua PW Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jawa Timur ini menyampaikan pesan tersebut pada acara Madrasah Jurnalistik yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Sunan Kali Jogo Simo Kalangan Surabaya.

Dalam pandangan Pemimpin Redaksi TV9 ini, betapa para sahabat dan ulama salafus shalih telah memberikan pelajaran berarti bagi terjaganya al-Qur'an, Hadits hingga kitab kuning yang hingga kini dapat dibaca dan dipelajari. "Bagaimana kalau saat masa sahabat tidak ada penulis?" tanya dia kepada peserta yang hadir.

Karena dalam catatan sejarah, telah banyak para syuhada' yang wafat akibat perang di awal perkembangan Islam. "Demikian pula kita harus berterima kasih karena setelah masa sahabat juga banyak penulis kitab produktif yang hingga kini karyanya dapat kita pelajari," kata Kang Sururi.

Dia berharap para peserta Madrasah Jurnalistik untuk terus melatih kemampuan menulis. "Setiap kali ada ide segera tulis itu di buku, jangan sampai hilang," pesannya. Dan agar bisa menulis dengan baik, maka resep yang paling jitu adalah terus menulis, lanjutnya.

Kegiatan Madrasah Jurnalistik ini hasil kerjasama pesantren setempat dengan PW LTNNU Jatim. Selama mengikuti kegiatan, puluhan peserta santri putra dan putri mendapatkan materi berupa penulisan berita, artikel, wawancara serta menejemen redaksional.

KH Mukhsin Nurhadi selaku pendiri dan pengasuh pesantren sangat berharap kegiatan tersebut bisa melahirkan santri penulis yang juga mampu mengelola majalah pesantren. "Kami sudah memiliki majalah yang rutin terbit dua bulan sekali," katanya. Namun karena keterbatasan pengelola, sudah enam bulan majalah tersebut tidak terbit.

Salah seorang pengasuh, Gus H Nafi' Mubarok juga menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai sarana untuk menambah keterampilan santri dalam tulis menulis. "Umat Islam memiliki kelemahan dalam hal tulis menulis," kata Gus Nafi' sapaan akrabnya. Padahal jariyah yang tidak akan putus antara lain adalah dengan menulis, lanjutnya.

Sebagai ilustrasi, para sahabat tidak banyak berkomentar terkait perilaku dan apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW. "Yang dilakukan mereka adalah menulis," katanya. Karena itu meski terpisah dalam rentang waktu yang demikian panjang, keberadaan al-Quran, hadits dan kitab kuning masih terjaga dengan baik.

Para peserta mendapatkan materi dan didampingi oleh A Afif Amrullah selaku sekretaris Madrasah Jurnalistik yang juga Redaktur Pelaksana Majalah AULA PWNU Jatim. Juga ada Moch Rofi'i Boenawi dari NU Online, serta Sururi Arumbani.

Usai mendapatkan materi, peserta melakukan diskusi kecil sebagai tindak lanjut dari materi yang telah diterima. Sejumlah masalah dalam hal pengelolaan media dan apa saja isi dari majalah yang akan diterbitkan pesantren ini dibahas secara intensif. Diharapkan bulan depan Majalah Sunan Kali Jogo bisa terbit dan menyapa pembaca secara rutin. (Ibnu Nawawi/Fathoni)


Terkait