Beberapa teror telah terjadi di beberapa negara, termasuk kejadian teror Nice yang terjadi di Negara Perancis Kamis malam (14/07) lalu. Tak hanya itu, menjelang Idul Fitri sebelumnya, insiden serupa terjadi di berbagai tempat. Sehingga prihal ini terus menjadi bahan perbincangan serius dari sejumlah kalangan, salah satunya warga Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang.
Sikap yang merusak tatanan kebangsaan dan mengakibatkan banyak korban nyawa itu menurut Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang H. Muslimin Abdilla adalah bertolak belakang dengan ajaran agama. "Teroris itu tidak mengenal agama," katanya.
Teror yang terjadi selama ini dilakukan oleh banyak oknum, bahkan orang yang agnostik (tidak beragama) ataupun ateis (tidak percaya Tuhan) sekalipun.
"Apapun agama yang dianut, bahkan orang agnostik atau ateis sekalipun akan terjangkit penyakit sebagai teroris, yang senangnya bikin teror dengan menyasar hulu ketakutan manusia, sehingga manusia yang lain tidak berdaya di bawah ketakutan," ujarnya.
Sementara di antara faktor yang mengakibatkan terjadinya teror adalah soal ekonomi dan politik. "Teror pasti untuk tujuan duniawi, yakni ekonomi dan politik," jelasnya.
Untuk itu, sikap teror tak bisa disebut mengatasnamakan agama. Kalaupun ada, mereka hanya menjadikan agama sebagai propaganda belaka. "Cara melawannya adalah dengan ‘tidak takut’, dan agar tidak takut maka butuh bersatu, bersolidaritas. Tidak saja antaragama, tetapi antarmanusia yang secara bersama-sama menghuni bumi," pungkasnya. (Syamsul Arifin/Mahbib)