Asosiasi Perguruan Tinggi Kesehatan Nahdlatul Ulama (Aptikesnu), akhirnya terbentuk. Terpilih sebagai Ketua Aptikesnu pertama Hardadi Airlangga bersamaan dengan dilaksanakannya Kongres Pertama Aptikesnu di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang (UNISMA), 20-21 Januari 2017 lalu.
Kepada NU Online, Hardadi, Selasa (31/1), mengungkapkan, Aptikesnu bertujuan sebagai wadah berhimpun ‘interprofessional education collaborative’ Perguruan Tinggi Kesehatan NU.
“Maksud dari interprofessional education collaborative adalah mengembangkan pendidikan kesehatan antarprofesi kesehatan seperti kedokteran, keperawatan, farmasi, rekam medik, kebidanan, dan lainnya yang bersifat kolaborasi sejak masa pendidikan untuk mempersiapkan sikap kebersamaan dan menghormati eksistensi antar profesi agar memudahkan ketika menjalankan profesinya nanti,” urai Hardadi.
Selain itu, melalui Aptikesnu kualitas penyelenggaraan perguruaan tinggi kesehatan NU juga dapat meningkat.
Sebagai asosiasi yang baru terbentuk, Aptikesnu memprogramkan terselenggaranya rapat kerja dalam rangka menentukan program kerja 5, 10, dan 15 tahunan. Herdadi mengatakan perencanaan serta pelaksanaan yang detail sangat diperlukan untuk menjalankan roda organisasi.
Aptikesnu beranggotakan semua perguruan tinggi kesehatan yang memiliki identitas berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah.
“Karena pengembangan karakter institusi, dosen, dan terutama karakter mahasiswa dan lulusannya harus berbasis pada paham itu. Pada dasarnya pendidikan adalah wahana pengembangan karakter,” tambah Hardadi.
Ketua Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), Hisyam Said Budairi mengungapkan pendirian Aptikesnu juga penting dalam memenuhi amanat Muktamar NU ke-33, agar ada peningkatan peran NU dalam bidang kesehatan.
“Diharapkan dengan adanya Aptikesnu akan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi kesehatan yang berwawasan ke-aswaja-an, sehingga dapat melayani warga NU dan masyarakat umum dengan lebih baik lagi,” kata Hisyam.
Menurut Hisyam, Aptikesnu dapat bersinergi dengan LPTNU (Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama). Sinergi dapat dilakukan misalnya dalam pengembangan modul pendidikan untuk penguatan keaswajaan dan lainnya yang bersifat umum. (Kendi Setiwan/Mahbib)