Daerah

Ter-ater, Tradisi Perekat Persaudaraan di Musim Lebaran

Ahad, 10 Juli 2016 | 23:46 WIB

Jember, NU Online
Salah satu tradisi masyarakat Jember dan rumpun Madura umumnya dalam mengisi Lebaran adalah “ter-ater”. Ter-ater adalah bahasa Madura yang bisa diterjemahkan dengan bahasa Indonesia antar-mengantar. Maksudnya saling mengantar kue dan nasi antartetangga dekat. Kegiatan ter-ater ini biasanya dilakukan 3 hari sebelum Lebaran sampai 6 hari seteleh Lebaran.

“Tradisi ini juga berfungsi sebagai perekat persaudaraan antartetangga,” ujar Wakil Ketua MWCNU Ajung, Nurhadi kepada NU Online di Jember, Ahad (10/7).

Selama Lebaran, tradisi ter-ater tetap jalan. Namun sasarannya adalah sanak famili. Jadi antar famili saling mengunjungi dengan membawa kue dan nasi. Tidak hanya di sekitar rumah tapi juga meluas ke tempat lain di mana si famili bertempat tinggal. Setelah dikunjungi, sekian hari kemudian, si famili itu akan melakukan kunjungan balasan dengan “oleh-oleh” yang sama. Biasanya tradisi kunjung-mengunjungi itu akan berakhir setelah Lebaran ketupat, yaitu hari ketujuh idul fitri. Yang menarik, selama Lebaran, siapapun yang berkunjung antar tetangga apalagi famili, pasti disuguhi makanan berat (nasi).

“Suguhan itu sebaiknya memang dimakan. Sebab kalau tidak, terkadang  si tuan rumah tersinggung. Ya kalau kunjungan hari raya, kita harus pintar-pintar mengatur makan. Jangan banyak-banyak makan, agar bisa makan di rumah yang akan dikunjungi berikutnya,” lanjut Nurhadi.

Itulah sebabnya kenapa Lebaran seolah menjadi hari-hari yang sangat sibuk. Sebab, selain menyediakan suguhan makanan, setiap rumah juga menyediakan kue. Kue tersebut biasanya dibuat beberapa hari sebelum Lebaran tiba. Selain itu, yang sudah pasti adalah baju baru.

Selain ter-ter, tradisi yang lain adalah mengunjungi makam leluhur. Itu pasti. Terkadang dilakukan sehari sebelum Lebaran, atau pagi-pagi setelah shalat idul fitri. Setelah shalat idul fitri,  saling minta maaf antar tetangga. Semua pinta terbuka dengan jajanan dan kue yang berjejer  di atas meja. Sujurus kemudian, sebagian warga menghilang untuk mengunjungi sanak saudaranya di tempat lain. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)


Terkait