Daerah

Sulitnya Merawat Naskah Kuno di Masjid Agung Solo

Ahad, 2 Juni 2013 | 05:11 WIB

Perpustakaan Masjid Agung Solo, saat ini menyimpan setidaknya 67 naskah kuno yang sudah berumur ratusan tahun. Sayangnya, benda yang sangat berharga tersebut kurang terawat dengan baik. Bahkan sebelumnya naskah itu hanya diletakkan di dalam masjid tanpa banyak dihiraukan.<>

Sekretaris Takmir Masjid Agung Solo, Abdul Basyid, Rabu (29/5) lalu, mengatakan, di antara naskah-naskah itu terdapat kitab-kitab tulisan tangan asli dari para ulama pendiri Masjid Agung. Kitab-kitab itu pada umumnya bertuliskan Arab tanpa harokat (arab gundul), antara lain berupa kitab Ihya Ulumuddin, kumpulan hadis-hadis nabi, dan Al-Qur’an kuno.

“Kitab itu semuanya sudah berumur lebih dari 50 tahun bahkan ada yang dibuat pada tahun 1800-an. Beberapa dari naskah itu, ditulis tangan langsung oleh para ulama dan kiai pendiri masjid ini,” kata dia.

Dia menjelaskan, sebetulnya pihaknya mengetahui, seharusnya naskah-naskah itu harus dirawat dengan ketentuan-ketentuan tertentu, namun karena dana yang kurang mereka hanya bisa menyimpannya di dalam almari kaca di dalam Perpustakaan Masjid Agung. “Seharusnya bisa dirawat lebih baik lagi, tetapi kami tak punya dana cukup untuk itu, ya sebisanya kami simpan dengan baik di perpustakaan ini,” jelas dia.

Diungkapkan Basyid, pernah ada salah satu perguruan tinggi di Solo, yang menawarkan diri untuk bekerja sama dalam memelihara naskah-naskah itu dengan memasukannya ke dalam microchip, tetapi ketika dikalkulasi dananya yang cukup tinggi, mereka akhirnya mundur.

Naskah-naskah kuno itu, menurut Basyid, juga pernah diminati oleh Malaysia untuk dibeli dan dibawa ke sana. Namun pihak Masjid Agung menolaknya. “Naskah-naskah itu pernah ditawar oleh orang dari Malaysia, tapi tak kami lepaskan,” terang dia.

Basyid menambahkan, hingga saat ini juga belum ada perhatian sama sekali dari pemerintah untuk menyelamatkan naskah-naskah itu. Pihaknya berharap, ada perhatian dari pemerintah untuk mendanai pemeliharaan naskah-naskah kuno itu, supaya tidak rusak. (Ajie Najmuddin/Red:Anam)


Terkait