Jember, NU Online
Dua puluh empat tim dari 23 SMA, SMK dan MA se-Kabupaten Jember, Selasa (29/4) mengikuti Lomba Debat Pelajar yang bertempat di aula Pesantren Nuris, Antirogo Jember.
Dalam adu kecerdasan dan argumentasi selama dua hari itu, SMAN 04, akhirnya merengkuh juara pertama. Diikuti SMAN 02 dan SMAN Arjasa di urutan kedua dan ketiga.<>
Sedangkan juara harapan diraih SMAN 05, SMAN Ambulu A dan SMAN Ambulu B, masing-masing sebagai juara harapan satu, dua dan tiga.
Lomba tersebut cukup bergengsi karena diikuti oleh perwakilan sekolah-sekolah favorit. Penyelenggaranya adalah Rahima –sebuah yayasan yang bergerak di bidang gender, Jakarta— bekerjasama dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) SMA Kab. Jember.
Tema yang diambil juga menarik, yaitu tentang gender dan kekerasan terhadap perempuan. “Ini untuk mengasah berpikir kritis bagi siswa,” tukas Farha Ciciek, penasehat Rahima.
Pengasuh Pesantren Nuris, KH. Muhyiddin Abdusshomad menyambut baik debat tersebut. Menurutnya, selama ini sosialisasi tentang agama, termasuk gender dan kekerasan terhadap perempuan, masih kurang di kalangan siswa.
“Debat itu, kan sama dengan sosialisasi. Dan saya yakin anak-anak SMA (peserta) potensial bicara agama,” tukasnya usai membuka debat itu (ary).
Dua puluh empat tim dari 23 SMA, SMK dan MA se-Kabupaten Jember, Selasa (29/4) mengikuti Lomba Debat Pelajar yang bertempat di aula Pesantren Nuris, Antirogo Jember.
Dalam adu kecerdasan dan argumentasi selama dua hari itu, SMAN 04, akhirnya merengkuh juara pertama. Diikuti SMAN 02 dan SMAN Arjasa di urutan kedua dan ketiga.<>
Sedangkan juara harapan diraih SMAN 05, SMAN Ambulu A dan SMAN Ambulu B, masing-masing sebagai juara harapan satu, dua dan tiga.
Lomba tersebut cukup bergengsi karena diikuti oleh perwakilan sekolah-sekolah favorit. Penyelenggaranya adalah Rahima –sebuah yayasan yang bergerak di bidang gender, Jakarta— bekerjasama dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) SMA Kab. Jember.
Tema yang diambil juga menarik, yaitu tentang gender dan kekerasan terhadap perempuan. “Ini untuk mengasah berpikir kritis bagi siswa,” tukas Farha Ciciek, penasehat Rahima.
Pengasuh Pesantren Nuris, KH. Muhyiddin Abdusshomad menyambut baik debat tersebut. Menurutnya, selama ini sosialisasi tentang agama, termasuk gender dan kekerasan terhadap perempuan, masih kurang di kalangan siswa.
“Debat itu, kan sama dengan sosialisasi. Dan saya yakin anak-anak SMA (peserta) potensial bicara agama,” tukasnya usai membuka debat itu (ary).
