Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung periode 2013-2018 Aom Karomani mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi Islam saat ini yang dinilai oleh orang lain sebagai agama yang menakutkan dan pro terhadap kekerasan serta radikalisme.
Profesor ilmu komunikasi Universitas Lampung ini menilai ada unsur intern (dari dalam) yang mencitrakan hal negatif ini yaitu fakta segelintir orang Islam sendiri yang membuat wajah Islam angker dan menakutkan.
"Pertanyaannya siapa sebetulnya yang menjatuhkan wibawa dan marwah agung Islam di panggung dunia? Jawabnya adalah mereka orang yang berislam dengan wajah garang dan intoleran. Atas nama Tuhan dan agama mereka bangun Islam dengan muka seram," ungkapnya via handphone kepada NU Online, Ahad (8/4).
Jika aura Islam dibangun dengan pencitraan buruk dan dilakukan berlarut-larut, maka kelompok ini secara nyata telah menodai dan merendahkan Islam, yang pada akhirnya orang lainpun akan enggan mendekati Islam.
Dan inilah sejatinya yang menurutnya dijadikan fakta empiris oleh para orientalis barat bahwa Islam itu bukanlah agama yang humanis melainkan menakutkan, intoleran, dan suka dengan kekerasan.
"Jangan biarkan tafsir Islam yang pemarah dan garang mewarnai negeri ini. Justru negeri ini akan hancur lebih cepat tidak pada tahun 2030 tapi justru besok lusa negeri ini akan berantakan, berdarah-darah dan tinggal sejarah, jika ber-Islam diwarnai orang-orang yang dangkal wawasan akhlak keislamannya," tegas pria yang akrab disapa Prof Aom ini.
Iapun mengingatkan bahwa tidak banyak negara di dunia ini yang bertahan dan berumur di atas seratus tahun karena bangsa tersebut mengedepankan egoisme serta hanya membesarkan perbedaan .
“Sebut saja India yang pecah menjadi Pakistan dan Bangladesh, Rusia dan lain-lainnya yang hancur menjadi beberapa negara membuktikan betapa tidak mudah mempertahankan eksistensi sebuah bangsa dan negara,” ungkapnya.
Selanjutnya Prof Aom menegaskan bahwa ber-Islam yang dicontohkan para ulama NU lah sejatinya berislam yang sejuk, toleran, moderat dan mengayomi semua pihak melintasi etnik, ras, agama dan bangsa (rahmatan lil alamin).
"Berislam seperti ini (rahmatan lil alamin) tidak saja dirindukan bangsa Indonesia tapi dunia amat merindukannya di tengah berbagai tragedi kemanusiaan yang kita saksikan saat ini. Insya Allah kita bersama NU yang komit dengan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah insaniyah, yang selalu toleran sejuk dan menghargai keberagaman akan mengantarkan bangsa ini ratusan bahkan ribuan tahun yang akan datang insya Allah. Amin," sambungnya.
Oleh karenanya ia mengajak umat Islam khususnya di Indonesia untuk lebih arif dan bijak menyikapi permasalahan terkait agama dengan mengedepankan kesejukan dan perdamaian.
Ditengah kebinekaan agama, suku dan budaya, umat Islam Indonesia harus mengedepankan toleransi dan kerendahan hati untuk menghindari konflik yang sangat mungkin terjadi.
"Jangan sampai kebinekaan ini dijadikan pemantik perpecahan yang bisa jadi dimanfaatkan pihak lain untuk kepentingan mereka. Mari jadikan perbedaan ini rahmat bagi negeri tercinta kita ini," pungkasnya. (Muhammad Faizin).