Daerah

Saat Ultah, Gus Mus Ingatkan Kebesaran Allah

Ahad, 12 Agustus 2018 | 13:30 WIB

Semarang, NU Online
Sabtu malam (11/8) digelar Milad KH A Musthofa Bisri yang ke-74 di beranda Suara Merdeka, Mugassari, Semarang. Acara yang bertemakan 'Mata Air Gus Mus' ini selain untuk memperingati usia Gus Mus, mendoakan kebaikan diri serta bentuk apresiasi atas kiprahnya selama ini telah menebar petuah yang sejuk demi keutuhan umat dan bangsa.

Acara diawali dengan pembacaan doa oleh KH Haris  Shodaqoh, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon, Gugen, Semarang. Lalu dilanjutkan dengan sederetan penampilan seni dan testimoni mengenai sosok Gus Mus, Mereka adalah para seniman, budayawan, kiai, jurnalis, santri dan tokoh lain yang hadir khusus untuk Gus Mus. 

Najwa Shihab, Prie GS, Sosiawan Leak, Joko Pinurbo, Ulil Abshar Abdalla, Ahmad Thohari dan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihardi, membacakan puisi dan menyampaikan testimoni mengenal sosok Gus Mus. Ada juga Nasirun, pelukis asal Yogyakarta yang melukis di panggung.

Hadir pula Djoko Susilo, pelukis serta teman karib Gus Mus, menampilkan dokumenter lukisannya yang dirangkum khusus untuk Gus Mus. Hadir juga KH Ahmad Daroji, Ketua MUI Jateng, KH Abdullah Asyik, Ketua MUI Demak, Gus Taj Yasin Maimoen, Wakil Gubernur Jateng dan CEO Suara Merdeka, Kukrit SW.

Salah satu testimoni yang menarik dan mendalam disampaikan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Cak Nun menyatakan, "Yang kita lihat ini jelas Gus Mus tetapi mustahil hanya itu Gus Mus,” katanya. 

Karena Gus Mus bukan hanya itu, Gus Mus lebih dari itu. “Ada Gus Mus yang tampak dan tidak tampak, Gus Mus adalah keluasan sedangkan kita semua adalah kesempitan,” kata budayawan Jombang tersebut. 

Menurutnya, mustahil yang ada bersama jamaah adalah Gus Mus yang sejati. “Tak mungkin ini Gus Mus yang seutuhnya. Ini pasti hanya sebagian dari samarannya, ini pasti Gus Mus yang hanya sebatas penugasannya,” terang Emha. 

“Demi kecerahan bangsa dan hati kita, semoga Gus Mus tetap berada di derajatnya, bersedia membocorkan rahasia-rahasia langit kepada kita semua,” kata Cak Nun yang memberikan kado dua puisi privasi untuk Gus Mus dan surat an-Nur yang dibacakan dengan merdu. 

Sebagai penyaji terakhir, Sujiwo Tedjo menampilkan tembang berjudul Anakku dan juga membacakan puisi karya Gus Mus. 

Setelah itu, puncak acara diisi dengan pembacaan shalawat bersama yang dipimpin Cak Nun. 
Acara demi acara, doa dan seluruh sajian yang ditampilkan malam itu berisi pujian dan sanjungan bertubi-tubi kepada Gus Mus. 

Meski begitu, di akhir acara sebelum doa, Gus Mus dengan terbata mengatakan: "Saya tidaklah sebaik yang dikatakan dan dipikirkan oleh teman-teman sekalian. Saya  belajar kepada teman-teman semua,” katanya memcah kesunyian. 

Menurutnya, manusia sehebat apapun tak sebanding dengan Tuhan Yang Maha Esa. “Kita semua tidak ada apa-apanya dibandingkan kebesaran Allah SWT. Sering kali kita bertakbir Allahu Akbar, tapi sesungguhnya tidak mengenal sama sekali kebesaran-Nya,” urainya. 

"Bagaimana kita mau menyenangkan Allah jika kita bahkan tidak mengenal-Nya?." tegas Gus Mus. (Muhammad Khozin/Ibnu Nawawi)


Terkait