Tulungagung, NU Online
Satu paket bingkisan lebaran agaknya sangat berarti bagi abang becak. Nyatanya, ribuan abang becak di Tulungagung, Jatim, Kamis (11/11) dan Jumat (12/11), harus rela meninggalkan 'markas' jangolannya hanya untuk memburu pemberian bingkisan lebaran. Padahal, isi paket lebaran itu hanyalah beberapa kilogram beras, gula dan mie instan. Tapi begitulah yang dilakukan abang becak. Meski nilainya tak seberapa, mereka terlihat riang antre memburu bingkisan lebaran itu.
Ada sekitar 3.500 orang tukang becak yang menjelang lebaran ini mendapatkan berkah lebaran dari Pemkab Tulungagung. Setiap abang becak dijatah satu paket berisi 2,5 kg beras, 0,5 kg gula pasir dan dua bungkus mie instan. Bingkisan lebaran ini diberikan kepada ribuan abang becak yang dikoordinir Kantor Satpol PP Pemkab Tulungagung.
<>''Bingkisan lebaran, kami menyiapkan sebanyak 3.500 bungkus. Biasanya, kalau pembagiannya tidak tertib bingkisan sebanyak ini masih kurang. Tahun ini, pembagian bingkisan lebaran kita buat setertib mungkin,'' ujar Kasi Operasi Satpol PP Pemkab Tulungagung, Rudie Kristianto SE, MM di sela-sela kesibukannya membagi bingkisan lebaran.
Sejak pagi, ribuan abang becak sudah berduyun-duyun mendatangi kantor Satpol PP yang berlokasi di sebelah utara alun-alun. Meraka diharuskan membawa becaknya masing-masing agar tidak kembali lagi setelah kebagian bingkisan. Untuk menandai abang becak yang sudah mengambil jatah, petugas menyemprot masing-masing ban becak dengan mengunakan cat semprotan.
Sebelum 'menyerbu' lokasi pembagian bingkisan, Satpol PP sudah membagikan kupon di berbagai simpul mangkalnya tukang becak. Abang becak yang sudah mendapatkan kupon tinggal menukarkannya sambil mengayuh becaknya masing-masing. ''Kupon itu hanya bisa ditukar bingkisan jika yang punya membawa becaknya,'' kata Rudie.
Itulah sebabnya, ketika ribuan tukang becak mengambil bingkisan lebaran, antrean panjang tak bisa terelakkan. Saking banyaknya tukang becak yang berdatangan, nyaris arus lalu lintas di Kota Tulungagung sempat terganggu. Aparat kepolisian pun dikerahkan untuk mengatur ketertiban lalu lintas jalan raya yang dijubeli ribuan becak.
Lucunya, ketika dilakukan pembagian bingkisan, para abang becak masih saja banyak yang berulah. Setelah mendapat bingkisan, ada diantara mereka yang ganti baju. Lalu, dengan mengayuh becaknya kembali ke lokasi pembagian. Namun, banyak diantara tukang becak 'nakal' ini akhirnya gigit jari karena ditolak petugas yang membagikan bingkisan.
Ya, sayangnya, meski yang dibagikan berupa bingkisan lebaran, banyak diantara abang becak yang mengambil bingkisan di bulan suci Ramadhan itu datang sambil menyedot rokok. Mungkin, mereka belum sadar jika yang dibagikan itu sebagian dari berkah Ramadhan. Siapa tahu, Ramadhan tahun depan sikap yang demikian berubah. Mereka menjadi sadar ikut menunaikan ibadah puasa Ramadhan.
Realitas ini mungkin juga menjadi 'pekerjaan rumah' bagi NU (Nahdlatul Ulama) yang banyak bersentuhan dengan Umat Islam di tingkat akar rumput. Sebagai jam'iyah kultural, NU juga mempunyai tanggungjawab moral untuk 'menggarap' komunitas Umat Islam sebagaimana yang masih terjadi pada diri abang becak tersebut.
Kontributor : muhibuddin