Purworejo, NU Online
Pengurus PMII Purworejo menggelar Training Of Fasilitator (TOF) selama tiga hari, Kamis-Sabtu (29-31/1) di desa Cuweran Lor kecamatan Loano, Purworejo. Sedikitnya 38 kader PMII dari tiga komisariat mengikuti pelatihan yang didampingi instruktur dari Semarang dan Yogyakarta. Mereka dibekali perangkat yang cukup untuk memecahkan persoalan di masayarakat.
<>
"Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi sistem kaderisasi informal yang sudah menjadi program kerja organisasi. Training ini sangat penting dan dibutuhkan oleh kader agar mereka menjadi terampil saat berbicara didepan umum," kata ketua panitia M Fadli, Jumat (30/1).
Kegiatan yang mengambil tema “Metodologi Pelatihan Fungsi dan Peranan Fasilitator Transformatif” ini justru sangat dibutuhkan oleh para peserta ketika telah selesai kuliah dan membaur bersama di tengah masyarakat terutama saat melakukan sebuah advokasi terhadap sebuah persoalan yang terjadi di masyakarat.
"Mahasiswa memiliki tanggung jawab sosial untuk terus mengawal sebuah perubahan. Tanpa mengusai teknik fasilitasi ini tentu hasilnya tidak akan maksimal," tambahnya.
Sementara itu, Ketua PMII Purworejo Muhamad Arifin mengatakan, kaderisasi baik formal, non formal, maupun informal merupakan upaya pembentukan kader yang mampu menjawab tantangan zaman.
"Padahal pendidikan yang seharusnya dapat dijadikan sebagai mediasi transformasi sosial guna menciptakan tatanan masyarakat yang lebih adil justru kini berlaku sebaliknya. Maka forum-forum training seperti ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada kader serta mengembalikan pendidikan kepada ril yang sesungguhnya," tandasnya.
Lebih lanjut Arifin berharap, usai pelatihan ini para alumni mampu memberikan warna baru dalam hal wacana ataupun pengetahuan guna memberikan daya dorong para pengkaderan di lingkup kampus mengingat semakin parahnya nalar mahasiswa yang cenderung malas berorganisasi.
"Kenyataan hari ini kita dihadapkan pada sikap mahasiswa kebanyakan yang tidak lagi memiliki jiwa sosial yang tinggi bahkan cenderung hedonis. Kuliah hanya dijadikan sebagai mode dan tren untuk menunjukkan status sosial kepada masyarakat lain. Ini yang sebenarnya juga menjadi tantangan para kader setelah mereka selesai mengikuti training ini," katanya. (Lukman Hakim/Alhafiz K)