Pontianak, NU Online
Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kalimantan Barat menyelenggarakan focus group discussion. Kali ini tema yang diangkat adalah Penguatan Demokrasi Bermartabat di Kalimantan Barat. Kegiatan berlangsung di di Hotel Merpati Pontianak, Jumat (24/8).
Muammar Kadafi dalam sambutannya mengatakan bahwa Kapolda menetapkan bahwa Kalbar sebagai kawasan nomor satu rawan konflik. “Ternyata anggapan itu mentah karena masyarakat Kalbar sudah cerdas terbukti dengan damainya Pilkada kemarin,” katanya.
Dan dirinya bersama elemen masyarakat Kalbar juga tidak setuju dengan gerakan tagar #2019gantipresiden maupun #2019tetapjokowi karena itu menimbulkan perpecahan antar masyarakat, lanjutnya.
"Negara kita adalah demokratis. Oleh sebab itu kami mengajak masyarakat menjaga kedamaian jangan sampai gara-gara gerakan kecil, Kalbar menjadi tidak aman," tutur Kadafi sekaligus membuka focus group discussion tersebut.
Sementara dalam stadium general, narasumber pertama Garuda Wiko menyampaikan bahwa, bintang pemandu yang menjadi dasar negara yaitu lima sila Pancasila. “Bahwa dari Sabang sampai Marauke yang menjadi hal penting yaitu kegotong royongan,” ulasnya.
Jiwa nilai kegotong royongan itu yang harus diutamakan. Yakni bekerja sama untuk mencapai tujuan sehingga menjadi modal social, bukan malah perpecahan. “Modal sosial tersebutlah yang akan memembimbing cara berfikir dan cara bertingkah kita untuk mengajak semuanya supaya bersatu, bukan meninggalkan," papar akademisi Universitas Tanjungpura tersebut.
"Jangan lupakan bintang pandu kita kalau ingin menguatkan demokrasi yang bermartabat di Kalbar dan hal yang paling menghawatirkan apabila masyarakat menghilangkan identitas bangsa," imbuhnya.
Berbeda dengan Zulkifli Abdillah yang mengaitkan penguatan demokrasi dari sisi media sosial.
Ia katakan bahwa trending bisa mengalahkan kebenaran. “Maka dari itu, kita trenkan suatu kebaikan dan jangan malah suatu yang tidak baik dijadikan tren,” ungkapnya.
Dirinya menyayangkan kebanyakan trending yang jelek ditrenkan dan celakanya malah dianggap masyarakat adalah sesuatu yang baik. “Padahal itu jelas-jelas tidak baik,” sergahnya.
Karenanya, dirinya mengajak peserta harus menjadi bintang penerang di tengah kegelapan penebar kebencian dan intoleransi terutama dalam bermedia sosial, lanjut Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalbar ini.
"Jangan sampai gara-gara tagar kita menjadi kelompok yang terpecah,” ungkapnya. Pemilihan Presiden lima tahun sekali, tetapi persahabatan sepanjang hidup. Jangan sampai putus persahabatan dan persaudaraan hanya gara-gara momentum lima tahun sekali, lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama Pendeta Iwan Luwuk mengatakan bahwa tema yang diangkat PKC PMII Kalbar sangat menggetarkan sanubari karena berbicara tentang penguatan demokrasi yang bermartabat.
Baginya, demokrasi yang bermartabat adalah yang selalu dapat menghargai nilai kebersamaan, keberagaman, tidak menjadi sombong, angkuh atau arogan.
“Lemahnya demokrasi bermartabat karena belum memiliki kekuatan untuk menata dan menjalankan demokrasi yang sebenarnya,” pungkasnya. (Rika Artika/Ibnu Nawawi)